|
Jakarta, Kompas - Kebocoran pipa air bersih PDAM DKI Jakarta masih terabaikan sehingga kehilangan air bersih mencapai 51 persen. Kedua operator, PT PAM Lyonaisse Jaya dan PT Thames PAM Jaya, masih menahan investasi pengendalian zona distribusi air bersih itu. "Wilayah pelayanan PT Thames PAM Jaya (TPJ) seharusnya memiliki 300 alat pengendalian zona distribusi air bersih. Tetapi sampai sekarang belum terealisasi," kata Direktur Hubungan Eksternal PT TPJ Ramses Simanjuntak, Jumat (7/7). Penyesuaian tarif untuk setiap enam bulan pertama pada tahun 2006 ditolak Gubernur DKI Sutiyoso. Dua alasan penting yang dikemukakan, adanya kebocoran yang tinggi dan komplain masyarakat besar pula. Usulan penyesuaian tarif pada semester ini, kenaikan 14 persen dari Rp 5.400 per meter kubik atau menjadi sebesar Rp 6.000 per meter kubik. Menurut Ramses, pihaknya selama ini tidak pernah mendapat investasi dari pemerintah untuk pengendalian zona distribusi air bersih. Ini mengakibatkan lokasi kehilangan air akibat pipa bocor atau penggunaan secara ilegal tidak terpantau. "Selain akibat pipa lama yang bocor, masih ada pencurian air bersih di kawasan-kawasan hunian liar. Siang hari dibenahi petugas, malam hari selalu dicuri lagi," kata Ramses. Secara terpisah, Manajer Relasi Publik PT PAM Lyonaisse Jaya (Palyja) Ratna Indrayani kemarin mengatakan, pada musim kemarau ini pelanggan akan mengalami gangguan distribusi air bersih karena pasokan air baku dari Kanal Tarum Barat berkurang. Eko Wibowo, warga RT 02 RW 05, Kelurahan Karet, Setia Budi, Jakarta Selatan, sudah merasakan dampaknya. Air bersih dari Palyja sudah tidak lagi mengalir ke rumahnya. (NAW) Post Date : 08 Juli 2006 |