Kebocoran PAM Rp1,7 T Jadi Beban Konsumen

Sumber:Media Indonesia - 15 Januari 2010
Kategori:Air Minum

KEBOCORAN air bersih di wilayah layanan PT Aetra Air Jakarta (Aetra), yakni Jakarta bagian timur, pada periode November 2009 rata-rata mencapai 50,96%. Adapun di wilayah Palyja 44,90%.

Dari jumlah tersebut, diketahui sebanyak 224.692.959 m3 total air terbuang selama dalam satu tahun. "Kalau harga air bersih rata-rata Rp7.500 per m3, misalnya, berarti hitungan kerugian kebocoran yang dibebankan kepada konsumen mencapai Rp1.685.197.192.500 per tahun," ungkap anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Matnoor Tindoan di Jakarta.

Kondisi tersebut, menurut Matnoor, merupakan cerminan kinerja dua perusahaan swasta mitra PDAM Jaya itu sangat buruk. "Apalagi kalau kebocoran itu masuk dalam salah satu komponen penghitungan tarif air bersih per m3 yang harus dibayar konsumen," katanya.

Hingga periode November 2009, jumlah konsumen PT Aetra 382.177 sambungan dan Palyja 411.566 sambungan. Menurut Matnoor, distribusi air bersih Aetra pada 2008 mencapai 266.680.484 m3 dan pada 2009 sekitar 239.059.593 m3. Sedangkan volume yang terjual pada 2008 hanya 124.429.644 m3 dan pada 2009 hanya 117.176.896 m3.

Untuk Palyja, pada 2008 pasokan air bersih 251.381.005 m3 dan pada 2009 sekitar 228.669.014 m3. Sedangkan yang terjual pada 2008 hanya 134.509.658 m3 dan 2009 jumlahnya 125.858.752 m3. Matnoor mengatakan, saat paparan beberapa waktu lalu, pimpinan PDAM Jaya menyebutkan tingkat kebocoran air hanya 30%. Tapi kenyataannya, jauh lebih banyak lagi. Alasan naik tarif Dalam situasi tersebut, Kepala Komunikasi Perusahaan Palyja Meyritha Maryanie, di Jakarta, kemarin, justru mengungkapkan bahwa kebocoran air PAM menjadi salah satu komponen pertimbangan dalam menaikkan tarif. Selain, sambung dia, dampak inflasi, kebutuhan pemeliharaan, dan biaya operasional yang terus meningkat.

"Soal penaikan tarif, kita usul melalui lembaga independen Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) Jakarta. Namun dalam konsep usulan penaikan itu harus kita cantumkan sejumlah komponen termasuk kebocoran air sebagai pertimbangan BRPAM dan Gubernur DKI."

Meyritha mengatakan pihaknya mengusulkan penaikan tarif untuk Januari 2010 karena sudah tiga tahun belum pernah naik. Tuntutan penaikan tarif sesuai perkembangan kebutuhan biaya pemeliharaan dan operasional yang terus meningkat setiap tahun.

Sementara itu, Dirut PT Aetra secara terpisah di Jakarta mengatakan pihaknya tidak berkenan menjelaskan keterkaitan antara kebocoran air sebagai komponen dalam pertimbangan usulan penaikan tarif. `'Saya belum bisa jawab soal itu. Kami hanya mendapat imbalan air dari PDAM Jaya. Kebocoran air di wilayah layanan kita memang ada.'' Saat menanggapi hal itu, Wagub DKI Jakarta Prijanto mengaku bakal menolak secara tegas usulan penaikan tarif air dari Palyja maupun Aetra melalui BRPAM Jakarta. Sebab, sejak ditandatangani perjanjian kerja sama pada 1997 sampai sekarang, pelayanan kedua mitra itu masih buruk. (SM/J-4)



Post Date : 15 Januari 2010