|
JAKARTA - Tingkat kebocoran air di Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya yang kini dikelola oleh dua investor asing, yakni Palyja dan TPJ, makin tinggi dibanding pengelolaannya masih dilakukan langsung oleh PAM Jaya sebelum tahun 1997 lalu. "Kini, kebocoran air rata-rata menjadi 53 persen, padahal hingga akhir tahun 1997 baru 42 persen," kata pengamat air minum, Win Gaza Simbolon kepada wartawan di Jakarta, Selasa (18/10). Tingkat kebocoran itu makin tinggi, katanya, karena masih ada investor yang belum melakukan pekerjaannya dengan baik. "Saya mengamati, selama dua tahun terakhir, TPJ tidak melakukan investasi sama sekali, baik perbaikan jaringan yang rusak maupun pembangunan jaringan baru untuk mengejar target agar selama 25 tahun kerja sama, 100 persen warga DKI menikmati air bersih dari PAM Jaya," kata penasihat Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (Akaindo) itu. Dikatakan, pengalamannya selama menjadi mitra kedua investor, hanya Palyja yang konsisten membangun jaringan dan melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kebocoran, baik akibat kerusakan teknis maupun akibat pencurian air. "Palyja telah berinvestasi dengan baik di wilayah yang dipercayakan kepada investor Prancis itu," katanya. Manajemen Palyja juga dinilai cukup terbuka dan kooperatif. "Mereka mau menerima masukan dari berbagai kalangan sehingga terlihat progres pekerjaan mereka yang cukup baik," katanya. Diakui, dari target yang dicapai kedua investor selama sekitar delapan tahun kerja sama, baru dua persen yang tercapai. "Karena itu, pekerjaan mereka selama 17 tahun lagi kerja sama, masih sangat berat," katanya. Atas dasar itu, dia menyampaikan kekhawatirannya atas kinerja TPJ yang sangat lamban. "Saya dengar mereka akan segera membangun jaringan lagi. Mudah-mudahan tidak ada kendala sehingga peningkatan pelayanan kepada pelanggan semakin baik," kata Win. (N-6) Post Date : 19 Oktober 2005 |