JAKARTA (SI) – Kebocoran air yang terjadi di jaringan pipa di wilayah DKI Jakarta masih tinggi. Berdasarkan data Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, tingkat kebocoran air (non revenue water/ NRW) saat ini rata-rata 46%.
Direktur PAM Jaya Mauritz Napitupulu mengatakan, tingkat kebocoran air setiap tahun sudah mengalami penurunan.Meski demikian, jumlahnya masih cukup tinggi. Menurut dia,terjadinya kebocoran air, di antaranya karena ada faktor teknis dan nonteknis yang hingga saat ini masih belum tertangani. ”Kami masih terus berupaya untuk mengatasinya. Karena memang berpengaruh pada pelayanan juga,”kata Mauritz,kemarin. Dia menyebutkan, kebocoran air yang masih terjadi harus mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Penyebab terjadinya kebocoran air, yakni aksi pencurian air oleh warga serta adanya pipa jaringan yang sudah tua.
Saat ini, tingkat kebocoran air untuk Palyja masih mencapai 43,9% dan PT Aetra Air Jakarta 48,6%. ”Jika itu tidak ditanggulangi, efek pelayanan ke masyarakat akan terjadi dengan cepat,”ungkapnya. Menurut Mauritz, untuk jaringan pipa tua, pihaknya berupaya terus meremajakan dengan mengganti dengan pipa baru.”Dan pipa baru yang sangat bagus untuk digunakan dalam jaringan adalah jenis high density poly ethylene (HDPE),”ungkapnya. Pipa jenis tersebut diyakini bisa memperbaiki jaringan pipa lama dan mencegah terjadinya kebocoran secara teknis. Pihaknya juga terus melakukan penelitian untuk mencari penyebab lebih rinci kebocoran tersebut.
”Sejauh ini, kebocoran juga ternyata tidak hanya terjadi di pipa jaringan saja, tapi juga ke instalasinya,”bebernya. Pihaknya tidak berdaya mengatasi banyak kasus pencurian tersebut. PAM Jaya beserta dua operatornya, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta dibuat tak berkutik oleh mafia pencurian air. ”Sementara ini, cukup susah menertibkan pelaku pencurian air. Bagaimana tidak, setelah kita tertibkan kantor operator didatangi para jagoan dengan membawa celurit dan senjata lainnya. Akhirnya kami mengalah agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” ujarnya. Sebenarnya, pasokan air dari dua operator cukup besar.
Pada tahun 2009 distribusi air bersih dari PT Aetra Air Jakarta sebanyak 239.059.593 meter kubik. Sedangkan untuk PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) sebanyak 228.669.014 meter kubik.Saat ini,tingkat kebocoran air untuk Palyja masih mencapai 43,9% dan untuk PT Aetra Air Jakarta mencapai 48,6%. Wakil Direktur PT Palyja Herawati Prasetyo mengatakan, kebocoran air yang selama ini terjadi sudah terus diperbaiki hingga terus berkurang dari tahun sebelumnya. Saat ini,tingkat NRW yang dikelola di jaringan milik Palyja sudah menyusut tinggal 43,9%. ”Persentase itu dibanding tahun sebelumnya jauh lebih baik karena sebelumnya masih di atas 50%,”ungkapnya. Meski demikian, Herawati mengatakan, hingga 10 Juni 2010 sudah ada 414.930 sambungan pelanggan dengan penggantian hingga 378.226 meter.
Untuk perluasan jaringan, saat ini sudah mencapai total 1.128 km dengan rehabilitasi jaringan sepanjang 850 km.”Total investasi yang sudah dikeluarkan untuk semua itu mencapai Rp1,35 triliun,”ujarnya. (ahmad baidowi)
Post Date : 11 Agustus 2010
|