|
SUMENEP-Tingginya kebocoran pipa air, tampaknya, masih menjadi masalah yang cukup pelik yang belum dapat dituntaskan oleh PDAM Sumenep. Bahkan, akibat kebocoran ini, perusahaan daerah ini ditafsir mengalami kerugian 50 persen dari produksi air yang dikeluarkan. Diperkirakan kerugian itu mencapai sekitar Rp 2 miliar, jika air yang bocor dari pipa tersebut diuangkan. Hal ini diungkapkan Direktur PDAM Sumenep Drs Didik Untung Samsidi kepada sejumlah wartawan kemarin. Kebocoran yang cukup tinggi itu telah menyebabkan PDAM belum dapat memberikan kontribusi lebih ke daerah. Dia berdalih, angka fantastis kebocoran itu karena adanya masalah teknis dan nonteknis. "Kebocoran itu sekitar 50 persen. Di nonteknis itu di administrasi. Sedangkan teknisnya secara fisik," jelasnya. Dijelskna, penyebab utama terjadinya kebocoran pipa itu, karena tidak adanya peremajaan pipa. Sebab, selama ini pipa yang dipakai PDAM banyak yang sudah "lanjut usia". Sehingga, di sejumlah titik terjadi kebocoran. "Memang ada beberapa titik yang pipanya perlu ada peremajaan," tukasnya. Namuan, menurut Didik-sapaan Direktur PDAM Sumenep, pihaknya sudah berupaya dengan dana yang cukup minim dengan cara melakukan peremajaan pipa. Meski itu dalam bentuk tambal sulam. Dari kebocoran itu, Didik memperkirakan kerugian yang dialami PDAM sekitar Rp 2 miliar. "Jika dihitung dengan uang dan air yang keluar dijual, maka kerugian mencapai Rp 2 miliar. Karena air itu hidup 24 jam," jelas Didik. Untuk memperkecil kerugian, PDAM berupaya meminimalisasi kebocoran dengan cara melakukan operasi penertiban bagi pelanggan yang belum membayar atau menunggak rekening air. Operasi melibatkan berbagai unsur di luar PDAM. "Alhamdulillah, dengan operasi ini, jumlah pelanggan yang nunggak mulai berkurang. Mungkin diperkirakan tinggal 9 persen," pungkasnya. (zr) Post Date : 20 Maret 2006 |