Kebanjiran,500 Warga Kudus Mengungsi

Sumber:Koran Sindo - 15 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KUDUS(SINDO) – Hujan deras yang tak henti mengguyur kemarin membuat sejumlah wilayah masih digenangi banjir.Di Kudus,sekitar 500 warga dari Dukuh Gendok dan Tanggulangin, Desa Jati Wetan,Kecamatan Jati, terpaksa mengungsi ke gudang Terminal Kargo di Jalan Lingkar Selatan.

Sebab, rumah mereka terendam air setinggi 1 meter akibat hujan yang mengguyur Kudus pada empat hari terakhir. Selain di Kecamatan Jati, banjir juga terjadi di Desa Golan Tepus,Kecamatan Mejobo. Namun,warga di wilayah ini tidak sampai mengungsi, karena ketinggian air masih sebatas mata kaki. Jumlah rumah yang terendam banjir di Kudus mencapai 1.700 rumah. Menurut Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglimas) Kudus Ali Rifai, ribuan rumah yang terendam banjir tersebar di lima kecamatan, di antaranya di Kecamatan Jati sebanyak 561 rumah dan Mejobo 500 rumah.

Camat Jati Hendro Martoyo menjelaskan, banjir yang terjadi di permukiman sudah diprediksi sebelumnya. Mengingat, selain letak dua dukuh ini berada di lokasi cekungan, juga berdekatan dengan Sungai Lusi dan Sungai Wulan. ”Pemkab Kudus sedang melakukan inventarisasi penyebab terjadinya banjir. Satu penyebab yang jelas adalah terjadinya pendangkalan sungai,”kata Hendro Matojo di lokasi penampungan kemarin. Hingga kemarin petang, kebutuhan logistik dan kesehatan untuk para pengungsi sudah tersedia.Selain dari pemerintah, bantuan juga datang dari perusahaan seperti PT Pura.

Petugas kesehatan dari Puskesmas Jati telah disiagakan untuk memantau kesehatan pengungsi. Selain itu, pemerintah kecamatan akan segera mendirikan dapur umum. ”Untuk logistik makanan dan obat-obatan telah kami sediakan untuk menjaga kondisi warga selama di pengungsian,”tambahnya.

Disinggung mengenai relokasi warga ke tempat yang baru,Hendro menjelaskan pihaknya belum membahas secara serius dengan warga. Kepala Puskesmas Jati dr Tutur Setyowibowo Mkes menerangkan, obat untuk mengantisipasi penyakit ringan akibat banjir sudah disiapkan.Penanganan bagi penyakit yang muncul akibat banjir seperti gatal,
diare, atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akan dilakukan sesegera mungkin.

Mulai Diserang Penyakit

Sementara sejumlah penyakit kini mulai dirasakan para pengungsi di Kelurahan Kaligawe Kecamatan Gayamsari Semarang. Sekitar 70 Kepala Keluarga (KK) korban banjir yang mengungsi di pelataran parkir Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Kaligawe mengeluh gatal-gatal, diare, serta masuk angin.

Sementara, sekitar50balitayangikut mengungsi juga kesulitan memperoleh makanan bayi. Selamet Santoso, 48, salah seorang pengungsi warga Kampung Tambakan, RT05/ VII, Kelurahan Kaligawe, mengungkapkan, seluruh pengungsi merupakan warga Kampung Tambakan,yangberlokasi di dekat rusunawa.

Banjir kali ini menurutnya yang paling besar.“Kalau banjirnya sudah seminggu terjadi. Namun,ketinggiannya makin besar dan kami terpaksa mengungsi itu baru tiga hari yang lalu,”jelasnya kemarin. Dia menyebutkan, yang paling sulit dihadapi oleh para pengungsi saat ini adalah persoalan sanitasi. Meski saat memerlukan air bersih mereka masih dapat memperolehnya dari sumur artetis, namun untuk kebutuhan lainnya mereka mengaku kesulitan karena seluruh perkampungan terendam.“Mau buang air misalnya itu susah.Semua WC sudah tidak bisa dipakai.

Jalan satu-satunya ya menggunakan salah satu toilet di rusun dengan membawa air sendiri,”ujarnya. Endang, 25, salah seorang pengungsi lainnya, juga mengeluhkan hal serupa. Selain persoalan sanitasi,dia juga mengkhawatirkan kesehatan anaknya yang baru berumur sembilan bulan. Dengan kondisi serba terbuka dan terkena terpaan angin langsung, balita rentan masuk angin. “Kalau malam anginnya kencang. Kadang kalau pas hujan, air hujan juga ada yang masuk sedikitsedikit,” katanya.

Baik Selamet maupun Endang berharap, bantuan medis diharapkan dapat secara intensif diberikan kepada para pengungsi. Sejauh ini, bantuan yang datang baru berupa makanan kecil dari dermawan serta nasi bungkus dari pihak kelurahan. Dia mengatakan,dari total sekitar 300 jiwa pengungsi di Rusunawa Kaligawe ada sekitar 50 balita yang kekurangan makanan.Pihak PMI, juga mengalami kesulitan untuk menyediakan makanan balita dari toko-toko makanan.

“ Toko-toko yang kami datangi, tidak mampu memenuhi permintaan kami. Bahkan banyak yang kosong, seperti biskuit untuk bayi itu juga sulit didapat,”katanya. Dari pantauan SINDO kemarin, sejumlah kawasan masih terendam banjir, di antaranya di kelurahan Kaligawe dan Sawah Besar,Kecamatan Gayamsari.Kemudian kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan; Kelurahan Muktiharjo Lor, Kecamatan Genuk; serta Kelurahan Tanjungmas,Kecamatan Semarang Utara.

Jakarta Banjir

Sementara itu, sebanyak 1.384 jiwa mengungsi akibat banjir yang menggenangi rumah warga di sejumlah lokasi di Jakarta. Dari data Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Banjir dan Pengungsi (Satkorlak PBP) DKI Jakarta, terdapat 22 kelurahan dilanda banjir dengan ketinggian antara 10–250 cm.

Jumlah kelurahan yang dilanda banjir ini bertambah 11 dari jumlah yang sama sebelumnya menjadi 22 kelurahan. Tiga di antaranya akibat banjir rob, yaitu Penjaringan, tepatnya diMuaraBaru RT 15–19 RW 17 setinggi 30 cm dan RT 11–12 banjir pasang 15 cm.Di Pluit,rob setinggi 30 cm menggenangi Terminal Muara Angke RT 4–7 RW01. Banjir juga menerpa kawasan Tebet,Pancoran, Jagakarsa, Pasar Minggu,Kebayoran Baru, termasuk Kramat Jati,Cakung,Jatinegara serta Pulogadung dengan ketinggian air mencapai 20–200 cm.

Sementara itu, dari 160 kamera pemantau atau CCTV yang dipasang di Jakarta, sebanyak 69 tidak terkoneksi. Operator CCTV Satkorlak PBP DKI Dimas mengatakan,tidak berfungsinya sebagian CCTV ini mengganggu pemantauan banjir di Jakarta.Apalagi data dari Satkorlak menjadi panduan penting bagi para pejabat dilingkup pemerintah provinsi dalam mengambil kebijakan. ”Kami juga sering didesak oleh pejabat setempat untuk segera mengirimkan data,” ujarnya. (sundoyo hardi/ susilo himawan/ neneng zubaidah)



Post Date : 15 Januari 2009