|
Jakarta, Kompas - Buangan sampah dari Kawasan Berikat Cakung, Jakarta Utara, yang mencapai 400 kubik per hari jadi masalah serius. Sampah tersebut tidak hanya menimbulkan dampak ekologis, tetapi juga konsekuensi biaya hingga Rp 5 miliar per tahun untuk mengangkutnya ke Bantar Gebang, Bekasi. ”Untuk itu, kami sedang mempersiapkan langkah agar sampah tidak lagi dibuang ke luar kawasan. Kami akan mengolahnya menjadi briket, kompos, dan didaur ulang,” kata Manajer Pengelola Kebersihan PT KBN Aprila Respati Adi, Kamis (13/11). PT KBN selaku operator kawasan industri di KBN Cakung, Tanjung Priok, dan Marunda. Sampah 400 kubik itu hanya dihasilkan dari KBN Cakung. ”Di KBN Cakung saja ada 98 investor industri garmen dengan sampah yang dihasilkan sekitar 400 kubik setiap harinya,” kata Aprila. Sampah di kawasan itu berupa sisa makanan atau sampah dari kantin dan warung sebanyak 20 persen serta sampah daur ulang sebanyak 20 persen. Penanganan sampah dengan metode itu berhasil menekan jumlah sampah yang dibuang ke Bantar Gebang, Bekasi. Dengan demikian biaya pembuangan sampah yang dikeluarkan setiap tahun bisa dihemat hingga 50 persen. Persoalannya, masih ada satu jenis sampah industri lagi yang tidak bisa didaur ulang, yakni kain sisa dari industri garmen di KBN yang mencapai 60 persen. ”Sampah jenis ini dicampur kayu dan sampah organik lainnya untuk diolah menjadi briket.” Cara pengolahannya ialah dimulai dengan membakar (proses karbonisasi), lalu digiling dan dicampur dengan bahan perekat terutama tapioka. Setelah itu dicetak menjadi briket. ”Dengan tiga pola penanganan sampah kawasan seperti itu, diharapkan tidak ada lagi sampah yang dibuang keluar. Semuanya habis diolah di dalam kawasan,” ungkap Aprila. Praktik yang dilakukan selama ini kurang ekologis dan ekonomis. Misalnya, setiap hari sekitar enam truk atau lebih harus dikerahkan mengangkut sampah ke Bantar Gebang. Biaya yang didikeluarkan untuk pengangkutan hingga pembuangan sampah ke luar kawasan cukup mahal. Di tiga kawasan industri itu hanya KBN Cakung yang menghasilkan banyak sampah. Sedangkan KBN Marunda dengan 11 industri garmen dan Tanjung Priok dengan delapan industri garmen tidak memiliki masalah serius dalam hal penanganan sampah. Sampah memang masih menjadi problem utama Jakarta Utara, yang menjadi muara 13 sungai dengan sebaran hunian kumuh terbanyak. Namun, upaya pengolahan sampah terpadu mulai dirintis KBN. (CAL) Post Date : 14 November 2008 |