|
PLOSO - Hujan deras yang mengguyur wilayah Jombang dalam dua hari terakhir ini, mengakibatkan sejumlah genangan di sejumlah kecamatan. Salah satu daerah terparah mengalami insiden banjir tersebut adalah, Kecamatan Ploso. Sebanyak empat dusun, yaitu Dusun Lengkong dan Dusun Gedong Desa Jatigedong, serta Dusun Balungombo dan Dusun Gedungombo Desa Gedongombo, tergenang air. Banjir yang datang sejak sore setinggi 1 meter tersebut juga menggenangi sebagian permukiman warga di Desa Losari, Bawangan dan Desa Rejoagung. Akibatnya, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah sekitar lumpuh total. Hingga pukul 09.00 kemarin, luapan air Sungai Marmoyo yang tidak bisa diterima Dam Mernung ini masih menggenangi rumah warga. Ketinggian air yang mencapai 1 meter tersebut, mengakibatkan warga tidak bisa melakukan aktivitas. Warga hanya bisa pasrah menunggu air surut, sambil sesekali mengamankan perabot dan peralatan rumah tangga ke tempat yang lebih aman. "Banjir di sini (baca: Desa Jatigedong) memang tahunan, tapi kali ini sangat besar. Karena itu, kami tidak menduga sama sekali," papar Ahmad, salah seorang warga setempat. Akibat luapan air sungai ini, proses KBM di MI Nidhomiyah, Desa Gedongombo lumpuh total. Seluruh siswa MI yang mencapai 110 orang ini diliburkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Karena enam ruangan belajar, sebuah ruang guru dan ruang kantor terendam air setinggi lutut. Banjir juga menimpa SMPN II Ploso yang terletak di Desa Jatigedong. Hanya saja, luapan air ini hanya sampai di halaman sekolah, sehingga siswa masih bisa mengikuti KBM dengan baik. Kepala Kantor Kesbanglinmas Pemkab Jombang, M. Yusuf Wibisono SH MSi ketika dimintai penjelasan mengaku sudah melakukan pertemuan lintas sektoral terkait banjir tersebut. Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu perkembangan lebih lanjut, mengingat warga belum melakukan pengungsian. "Kita sudah mengontak camatnya untuk menyediakan balai desa sebagai tempat pengungsian bila sewaktu-waktu hujan kembali turun. Sebab, balai desanya masih layak huni," katanya. Sementara itu, banjir yang melanda Kecamatan Megaluh lebih terpusat di area persawahan. Sebanyak 2 hektare tanaman padi siap panen yang terdapat di Jalan Raya Megaluh, khususnya di Desa Sumbersari, terendam air. Agar padi tidak membusuk, sebagian petani ada yang memanen secara mendadak, yang kemudian menjemurnya di tepi jalan. Kenyataan ini juga dibenarkan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Ir Soetikno Soeatmo MM. Bahkan, pihaknya mengaku, area persawahan yang digenangi air ini mencapai 300 hektare. Hanya saja, dari 300 hektare tersebut, sekitar 60 persen sudah dipanen, sehinggga terjadi penundaan tanam gadu. "Sekitar 300 hektare sawah yang terendam banjir, tapi 60 persen sudah dipanen. Sehingga, belum begitu mengkhawatirkan," jelas dia. (bin/dr) Post Date : 07 April 2005 |