Kayuh Sepeda Puluhan Kilo Jual Air

Sumber:Suara Merdeka - 08 September 2005
Kategori:Air Minum
MUSIM kemarau identik dengan kekeringan. Seperti yang terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Brebes. Bisa dipastikan bila tiba musim itu, sebagian warga akan mengalami kekurangan air bersih.

Bagi Suralim (53), warga Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, musim tersebut justru mendatangkan rezeki, karena pendapatan penjualan air bersih yang dilakukan setiap hari akan bertambah.

Dia memang setiap hari menjajakan air bersih, baik musim penghujan maupun kemarau. Bermodalkan tekad dan semangat untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, pria berputra dua itu setiap pukul 07.00-14.00 selalu berkeliling dari kampung ke kampung mengendarai sepeda tua dengan membawa tiga buah jerigen berisi air.

Setiap satu jerigen air berisi 20 liter, dibeli dari seorang pemilik sumber air (sumur) di Kampung Saditan seharga Rp 100. Selanjutnya, air tersebut dijual ke warga Rp 500/jerigen.

Kalau diperhitungkan antara keuntungan dan jerih payah yang dilakukan, sebenarnya tidak sebanding. Sebab, tidak jarang dia harus mengayuh sepedanya hingga puluhan kilometer untuk menjajakan dagangannya.

Dalam satu hari, Suralim hanya mampu menjual 20-25 jerigen. Hal itu dikarenakan dia hanya menggunakan sepeda yang kapasitas membawa jerigen air sangat terbatas.

Tidak heran, jika dia harus bolak-balik ke tempat pengambilan air hingga berulang-ulang. Dari jumlah tersebut, terkumpul uang sekitar Rp 10.000-Rp 12.500. Kendati untung yang diperoleh relatif kecil, dia mengaku telah menjalani profesinya sejak 1972.

Dengan berjualan air, dia mengaku bisa menyekolahkan kedua putranya hingga lulus SMA. "Biar untung kecil, saya bersyukur, karena yang penting bisa rutin dan berjalan lancar."

Meningkat

Menurutnya, jumlah penjualan akan mengalami peningkatan cukup drastis pada musim kemarau, seperti saat ini.

Dalam sehari, dia bisa menjual air sampai 40 jerigen. Hal itu dikarenakan kebutuhan warga akan air bersih cukup tinggi.

Keuntungan yang diperolehnya pun meningkat hingga dua kali lipat, yakni dari Rp 5.000/hari menjadi Rp 15.000-Rp 20.000. Terkadang, karena kebutuhan masyarakat tinggi dia mengaku kewalahan untuk melayani pesanan.

Kondisi demikian selalu berlangsung rutin setiap tahun. Yakni jika musim kemarau dan penghujan, jumlah warga yang membutuhkan air meningkat.

"Pada saat ini, satu keluarga biasanya memesan lebih dari 20 liter untuk kebutuhan memasak dan minum." ujarnya. (Wawan Hudiyanto-19s)

Post Date : 08 September 2005