|
Palangkaraya, Kompas - Kalangan pemerhati lingkungan hidup meminta perhatian semua pihak untuk memikirkan pelestarian kawasan tangkapan air di Pegunungan Schwaner dan Muller, Kalimantan Tengah. Posisi wilayah tangkapan yang berada di dataran tinggi Kabupaten Gunung Mas, Murung Raya, dan Barito Utara itu memiliki peran seperti menara air. Apabila hutan di kawasan itu rusak, timbul bencana ekologi, seperti banjir dan pendangkalan sungai. Apalagi di kawasan tangkapan air itu terdapat hulu sungai-sungai besar yang mengalir ke Kalteng, Kalimantan Selatan, dan juga Kalimantan Barat, papar Direktur Mitra Lingkungan Hidup Kalteng Itan di Palangkaraya, Rabu (15/3). Sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Schwaner dan Muller antara lain Sungai Katingan, Kahayan, Kapuas, dan Sungai Barito. Menurut Itah, sudah saatnya hal ini dibahas antara pemerintah provinsi dan kabupaten dengan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) di daerah. Hasil atau keluaran dari pertemuan bisa berupa peraturan daerah menyangkut pengelolaan daerah aliran sungai, ujar Itah. Upaya pelestarian kawasan di daerah tangkapan air ini bisa menggunakan pendekatan kearifan lokal. Salah satu indikasi mulai kritisnya daerah tangkapan air adalah terjadinya bencana banjir di daerah Murung Raya yang merupakan kawasan hulu sungai. Awal Desember 2005, banjir menggenangi beberapa daerah dataran rendah di Kabupaten Murung Raya, terutama di Desa Puruk Cahu Seberang dan Juking Pajang, Kecamatan Murung, serta beberapa desa di Kecamatan Beriwit. Banjir hampir tiap tahun terjadi di Murung Raya, ungkap Sapto, warga Puruk Cahu yang kebetulan sedang berada di Palangkaraya. Koordinator Save Our Borneo Nordin berpendapat perlu ada keseriusan dalam menangani analisis mengenai dampak lingkungan bagi perusahaan perkebunan atau pertambangan yang akan menggarap suatu kawasan. (cas) Post Date : 16 Maret 2006 |