|
SEMARANG - Banjir di Kota Semarang bagian bawah, diakibatkan kondisi berbagai bangunan pengairan yang buruk. Bahkan sistem polder, termasuk kolam retensi di kawasan kota lama juga sudah tidak bermanfaat. Kasubdin Pengairan DPU Kota Semarang Ir Prasetyo Kentjono Dipl HE, Kamis (23/6) mengakui buruknya kondisi bangunan pengairan itu. Dia menyebut contoh, genangan di Jalan Raya Kaligawe dan sekitarnya, akibat kondisi Kali Tenggang yang sudah mengalami pendangkalan serius. ''Saluran tersebut sampai saat ini belum bisa diperbaiki, karena Pemkot tak mempunyai dana,'' kata dia. Contoh lain yang disebutkan terkait banjir di Citarum. Menurut dia, genangan air di wilayah itu, antara lain akibat Kali Banger belum ditangani dan pengerukan saluran Citarum belum selesai. Prasetyo mengakui, banjir yang menggenangi Kota Semarang bagian bawah, Rabu (22/6) lalu bukan hanya karena faktor hujan, tetapi juga rob. Level muka air laut saat itu sudah mencapai 1,2 m. Air laut kemudian masuk ke saluran-saluran, sehingga permukaan air sungai ikut naik. Saat hujan, air dari saluran yang lebih kecil tidak bisa masuk ke sungai itu. Tak Bermanfaat Jika air sudah meluap seperti itu, semua bangunan pengairan tidak bermanfaat lagi. Kondisi itu pula yang terjadi pada sistem polder kawasan Kota Lama. Genangan yang sangat luas membuat kolam itu segera penuh, meski empat pompa penyedot di Kali Baru sudah difungsikan. ''Dalam kondisi semacam itu, kami sudah tidak bisa apa-apa,'' kata dia. Menurut dia, upaya yang sebenarnya harus dilakukan yakni peningkatan kemampuan bangunan pengairan. Caranya dengan peningkatan kemampuan pompa, peninggian dan perbaikan tanggul, normalisasi saluran, serta pembangunan pintu air dan pompa. Hanya untuk melakukannya, dibutuhkan dana cukup besar sampai Rp 200-Rp 300 miliar. Pemkot tidak mampu menanggung seluruh biayanya. Sementara itu, untuk mendapat bantuan dari pemerintah pusat juga tidak mudah. Besarnya biaya merupakan akumulasi persoalan, akibat kurang terawatnya bangunan pengairan yang ada. Hal itu akibat minimnya dana yang dialokasikan untuk keperluan tersebut. Menurut dia, dana operasional dan perawatan untuk subdin pengairan DPU Kota Semarang hanya sekitar Rp 800 juta. Jika dibandingkan dengan Surabaya, angka itu jauh lebih kecil. Ibu kota Jatim itu, setiap tahun memperoleh dana operasional dan pemeliharaan bangunan pengairan sekitar Rp 70 miliar. ''Tanpa dana, bagaimana akan menangani semua bangunan itu,'' tutur dia. Sementara itu, kemarin banjir masih terjadi di Jalan Raya Kaligawe. Akibatnya, semua kendaraan harus berjalan perlahan. Jalur Semarang-Demak pun kemarin pagi mengalami kemacetan cukup panjang. YMT Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang Arief Moelia Edhie menyarankan agar kendaraan dari arah Demak, memilih jalur alternatif melalui Jalan Wolter Monginsidi. ''Dari jalan itu perjalanan bisa dilanjutkan melalui Jalan Arteri Soekarno Hatta atau Jalan Majapahit,'' kata dia. (G6-33v) Post Date : 24 Juni 2005 |