|
KOTA- Banjir di Kota Solo meluas. Kalau biasanya hanya terjadi di sekitar Kampung Kalangan, Jebres, sekarang merambah ke kawasan-kawasan lain. Hujan sangat deras disertai angin Senin sore sampai petang telah menyebabkan beberapa wilayah kebanjiran dan lalu lintas semrawut, karena terjadi pengalihan jalur. Banjir antara lain terjadi di sekitar Ngemplak, Kadipiro; bundaran Manahan; sepanjang Jalan A Yani, serta beberapa kawasan lain. "Kalau begini terus, kian lama makin besar banjirnya. Semestinya Pemkot segera tanggap," kata Heru, warga Ngemplak. Akibat banjir itu, lalu lintas macet dan semrawut. Kendaraan dari barat, termasuk bus-bus yang keluar dari Terminal Tirtonadi dialihkan ke selatan atau perlimaan Balapan. Dari timur kendaraan yang akan masuk Ngemplak berputar lagi ke timur, karena genangan menenggelamkan ban sehingga kendaraan kecil tidak berani masuk. Kemacetan juga terjadi di Jalan Wolter Monginsidi (Margoyudan), pasar klithikan, Balapan, dan sekitarnya, karena semua kendaraan masuk ke jalur itu. Dari timur, kendaraan yang masuk perlimaan Margoyudan dialihkan ke selatan masuk gang di pasar klithikan Monumen 45 Banjarsari. Kendaraan dari barat bisa langsung satu arah ke Margoyudan, mulai perlimaan Balapan sampai perlimaan Margoyudan. Persimpangan di perlimaan Balapan pun macet, karena kendaraan berebut masuk. Ketiadaan polisi lalu lintas membuat kondisi makin semrawut. Saluran Air Mobil yang memutar dari Ngemplak ke timur dan masuk lagi ke kota melalui jalur Margoyudan bisa satu jam terjebak kemacetan di sekitar kawasan itu."Kalau macet begini, bisa kacau semua. Apalagi banjirnya meluas. Pemkot harus segera turun tangan. Jika tidak, banjir makin luas dan Solo kian tidak nyaman. Masak Solo kok banjir. Itu kan karena pengelolaan saluran air yang kurang baik," kata Subandi, juga warga Ngemplak. Biasanya di kawasan itu tidak sampai banjir. Kalau ada pengalihan lalu lintas dari arah terminal, lebih karena lintasan di sekitar viaduk sudah langganan genangan. Jalan di bawah lintasan kereta api di depan depo Pertamina itu sudah lama menjadi persoalan. "Sayang, rencana Pemkot membongkar viaduk dan membuat lintasan kereta api seperti di Panggung tidak pernah terlaksana. Saya mendengar rencana pembangunan viaduk itu sejak 2000, tetapi sudah lebih lima tahun tidak terealisasi," kata Heru. Kepala Badan Komunikasi dan Informasi (BIK) Purnomo Subagyo yang dimintai konfirmasi mengenai persoalan itu menyatakan belum ada rencana dibuat lintasan baru di sekitar viaduk. Dulu pernah ada, tetapi karena dirasa belum mendesak maka rencananya hilang lagi."Tetapi untuk perbaikan drainase kota secara menyeluruh sudah ada rencana. Bahkan, tahun ini mulai mendapat perhatian serius. Tahun anggaran sekarang ada dana lebih dari Rp 2 miliar untuk pemetaan drainase. Setelah itu ditindaklanjuti dengan penanganan yang bersifat segera," ujarnya. Dia mengakui, banjir dan genangan yang meluas di berbagai wilayah kota disebabkan oleh sistem drainase yang perlu ditata lagi. "Itu memang tidak bisa dibiarkan dan harus segera ditangani. Pemkot sudah ada rencana," tambah Purnomo.(an-27s) Post Date : 11 Januari 2006 |