|
[BOGOR] Ketinggian air di permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung di Bendung Katulampa, Bogor, Selasa (13/11) pagi kembali normal, mencapai 50 cm per detik di atas papan mercu. Sebelumnya, air Sungai Ciliwung pada Senin malam sempat meninggi hingga mencapai 120 cm/detik. Hal itu diakibatkan hujan deras disertai angin yang terjadi hampir empat jam lamanya di kawasan hulu Sungai Ciliwung, yakni daerah Puncak, Kabupaten Bogor. Andi Sudirman, petugas Posko Banjir di Bendung Katulampa, Bogor menyebutkan, ketinggian air kembali normal pada Selasa pagi, setelah sebelumnya mencapai 120 cm pada Senin malam akibat hujan deras di kawasan Puncak, sehingga terjadi penambahan debit air Sungai Ciliwung disertai sedimentasi tanah dan pasir yang terbawa arus air. "Meski cuaca cukup cerah di kawasan hulu, namun warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung agar tetap waspada, karena memasuki musim hujan saat ini tidak menutup kemungkinan cuaca kembali hujan dan menambah debit air hingga Sungai Ciliwung meluap," ujarnya. Menyinggung jebolnya tanggul turapan sepanjang 20 meter dan ketinggian 7 meter yang berada sekitar 50 meter dari Bendung Katulampa, Bogor, Andi mengatakan, jebolnya tanggul itu pada beberapa waktu lalu kini sedang dalam proses pengerjaan perbaikan. Bahkan sudah mencapai 70 persen, dan diperkirakan dua hari ke depan tanggul dimaksud sudah rampung pembangunannya. Namun, dia menegaskan keberadaan tanggul itu tidak berdampak terhadap penambahan debit air Sungai Ciliwung. Yang jelas jika terjadi luapan arus Sungai Ciliwung yang terjadi justru membawa sedimentasi tanah dan pasir akibat longsoran tanggul itu saja. Kurang Maksimal Komandan Korem (Danrem) 52/Wijaya Krama, Kol Inf Lodewijk F Paulus menilai, koordinasi penanggulangan banjir dinilai masih kurang maksimal. Ketika terjadi banjir masing-masing individu maupun satuan mengambil tindakan yang tidak terkoordinir sehingga semuanya berjalan sendiri-sendiri. "Karena itulah untuk mengevaluasi dan memperbaiki koordinasi tersebut kami menggelar Gladi Posko I Wijaya Krama," ujarnya seusai meresmikan Gladi Posko I Wijaya Krama di Makodim 0503 Jakarta Barat, Selasa pagi. Menurut Danrem, prosedur tetap (protap) menghadapi banjir perlu diujicobakan dalam bentuk gladi posko, sehingga saat terjadi bencana alam dapat memberikan kontribusi maksimal. "Penanggulangan banjir tahun lalu kurang maksimal dan terkesan lamban. Hal itu karena kita belum memiliki early warning system terhadap banjir, sehingga masyarakat tidak pernah tahu dan tidak pernah bisa memprediksi kapan terjadi banjir dan juga belum adanya sosialisasi protap penanggulangan banjir," katanya. Sementara itu, sekitar 70 rumah warga Kampung Bukit Duri, Jakarta, Selasa (13/11) pagi, tergenang air 40-60 cm. Menurut Rahayu (42), salah seorang warga, sudah tiga hari terakhir permukiman di belakang SMA 8 ini, tergenang air. Dikatakan, genangan hari ini akibat banjir kiriman dari Depok dan Bogor. "Hari ini tidak hujan. Namun, tiba-tiba, sungai meluap sekitar pukul 07.00 WIB. Genangan air hari ini lebih rendah dari Senin (12/11) yang mencapai 70 cm. "Kita sudah biasa kebanjiran, jadi sudah mengantisipasi kerugian. Lantai satu sudah kosong. Barang kami pindahkan ke lantai dua. Kalau air makin tinggi, tinggal pasrah saja," jelasnya. Semua rumah di bantaran Ciliwung ini sudah ditingkat dari dua laintai sampai tiga lantai. "Mau pindah tidak punya uang dan tempat. Tinggal pandai- pandai saja mengakali banjir seperti ini," tambahnya. [ATW/126/M-16] Post Date : 13 November 2007 |