BEKASI, (PR).- Ratusan warga di Kampung Nelayan Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Krisis air bersih tersebut diperparah dengan sering terjadinya rob (air pasang laut) beberapa hari terakhir.
"Untuk mendapatkan air bersih yang dikonsumsi sehari-hari, kami harus mengeluarkan biaya sedikitnya Rp 2.500 per jeriken. Sementara dalam sehari kami membutuhkan sedikitnya dua jeriken. Itu saja hanya untuk minum dan memasak makanan," ujar Ketua Himpunan Nelayan Desa Pantai Mekar, Junin (60), di Muaragembong, Minggu (24/1).
Ia menjelaskan, sebanyak 130 kepala keluarga (KK) di wilayah tersebut mendapatkan pasokan air bersih hanya dari wilayah Cilincing, Jakarta Utara. "Transaksi pembeliannya kami lakukan di laut, para pedagang air itu biasanya melintas di sekitar kampung kami mulai pagi hingga sore hari," katanya.
Namun, menurut Junin, beberapa hari terakhir pasokan air bersih semakin sulit karena sering terjadi rob. "Tentu saja kami tidak berani melaut, sehingga transaksi pembelian air bersih pun tidak ada. Kami semakin sulit mendapatkan air bersih, kendati kami harus membeli," ucapnya.
Kondisi tersebut, menurut dia, telah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu, sementara pemerintah daerah setempat belum memberikan perhatian serius untuk membangun fasilitas air bersih.
Hal senada juga diungkapkan Wardah (37) warga RT 01 RW 94, Kampung Nelayan, Desa Pantai Mekar. Ia mengaku selama ini nelayan tidak berani mengonsumsi air tanah. Alasannya, air tanah di wilayah setempat memiliki warna kekuningan, berbau, dan rasanya agak asin.
Kondisi permukiman nelayan pun masih relatif kumuh dan jauh dari kondisi lingkungan yang sehat. Bahkan, banyak anggota keluarga nelayan terserang penyakit diare, kulit, dan muntah-muntah karena lingkungan yang kotor.
Tanggul
Rob yang semakin sering terjadi beberapa hari terakhir juga menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih. Belum lagi ancaman air pasang hingga banjir ke rumah mereka. "Selain pembangunan instalasi air bersih, kami juga sangat mengharapkan Pemkab Bekasi peduli untuk membangun tanggul penahan gelombang," ucap Abas (35).
Abas mengatakan, selama ini, tanggul penahan gelombang yang dibangun dengan swadaya warga, hanya mampu menahan gelombang laut untuk sementara waktu. "Sudah banyak yang rusak, karena hanya dibangun dengan kayu," ujarnya.
Secara terpisah, Wakil Bupati Bekasi, Darip Mulyana mengatakan pemkab akan melebarkan distribusi air bersih milik PDAM hingga ke kawasan di wilayah Utara Kab. Bekasi, termasuk Kec. Muaragembong. "Kami telah menjalin kesepakatan dengan Direktur Utama PDAM," katanya.
Ia menilai kesulitan distribusi air ke wilayah itu akibat anggaran yang relatif minim tahun 2009. "Tahun 2010, kami mendapatkan APBD lebih dari Rp 2 triliun. Kami akan membaginya sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Adapun untuk pembangunan tanggul, akan dibicarakan dengan dinas terkait," tuturnya. (A-186)
Post Date : 25 Januari 2010
|