Kami Terbiasa Minum Air Sungai Musi...

Sumber:Kompas - 14 Juli 2005
Kategori:Air Minum
Tepian Sungai Musi di Kelurahan Satu Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Rabu (13/7) siang itu, tampak sibuk. Beberapa wanita mandi di pinggiran sungai dengan sabun atau sampo. Sebagian lelaki duduk di atas ketek (perahu) sambil memancing. Sejumlah bocah bermain lumpur di bawah perahu yang tertambat. Di jalur tengah, perahu kecil dan besar hilir-mudik dengan suara mesin menderu-deru.

Rusli (40), seorang warga, membuka jendela rumah panggung kayu yang berdiri di pinggiran sungai. Dengan bak plastik yang diikat, dia menimba air sungai dan menyimpan dalam bak besar. Air sungai yang baru diambil coklat kehijauan.

Kami telah terbiasa minum air Sungai Musi setiap hari. Setelah diendapkan selama sehari dalam bak besar, air dimasak sampai matang, baru diminum untuk sekeluarga. Kadang, air endapan diberi sedikit kaporit, kata Rusli yang memiliki dua anak itu.

Saat kebutuhan air minum banyak, warga malah sering mengambil air dan langsung memasaknya, tanpa melalui proses pengendapan. Sebagian warga percaya, meminum air Sungai Musi secara langsung membuat orang menjadi betah tinggal di Palembang.

Kebiasaan meminum air Sungai Musi merupakan tradisi yang diwariskan masyarakat yang tinggal di tepian Sungai Musi, Palembang, secara turun-temurun. Ratusan tahun lalu kebiasaan itu tanpa masalah karena sungai itu merupakan satu-satunya sumber air. Airnya memang masih belum tercemar bahan kimia yang berbahaya.

Kebiasaan itu masih terus berlangsung, meski kualitas air sungai yang membelah Palembang itu jauh menurun. Kasus pencemaran sering terjadi, seperti pencemaran minyak mentah kelapa sawit yang tumpah di sungai di kawasan Satu Ilir, akhir bulan Mei lalu.

Sebagian besar warga sebenarnya juga menyadari kualitas air sungai yang makin jelek. Akan tetapi, karena air baku yang tersedia di permukiman mereka memang hanya itu, maka terpaksalah mereka mengonsumsi air Sungai Musi tersebut.

Kami tahu, air Sungai Musi tercemar, tetapi terpaksa terus minum air itu karena tidak ada sumber air baku yang lain. Pipa air leding hanya terpasang di masjid, dan airnya sering macet. Kalau airnya lagi mengalir, langsung habis diserbu ratusan warga. Untuk langganan, kami tidak punya uang, kata Eli (28).

Selain keterpaksaan, warga tetap mengonsumsi air sungai karena kurang menyadari efek dari minum air yang telah tercemar itu. Kami baik-baik saja, meski sehari-hari mengonsumsi air Sungai Musi. Sampai sekarang belum ada warga yang sakit gara-gara minum air sungai, kata Firman, suami Eli.

Bagi banyak warga Palembang, Sungai Musi adalah segala-galanya. Mereka melakukan semua aktivitas di sungai ini, mulai dari mandi, mencuci, dan membuat hajat. Air yang sama juga diambil untuk diminum. (ILHAM KHOIRI)

Post Date : 14 Juli 2005