Kamarau, PDAM Alami Puncak Krisis Air

Sumber:Suara Merdeka - 13 Oktober 2006
Kategori:Air Minum
PURWOKERTO - Musim kemarau ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyumas mengalami puncak krisis air untuk memenuhi kebutuhan kepada pelanggannya. Krisis tersebut terjadi karena debit air di sejumlah sumber mata air telah menyusut tajam.

Sebab lainnya, antara jumlah kebutuhan air yang diminta pelanggan dan jumlah debit air yang bisa diupayakan tidak seimbang. Kalau tidak bisa diatasi, kondisi seperti itu akan berlangsung tiap tahun.

Sumber mata air Kawungcarang Kecamatan Sumbang yang melayani pelanggan di wilayah Purwokerto, Sokaraja, Kalibagor, dan Banyumas sekarang turun drastis sekitar 105 liter/detik. Saat musim hujan debit airnya sekitar 140 liter/detik, kini tinggal 35 liter/detik.

Karena kebutuhan air berkurang, saat ini pasokan air ke pelanggan digilir. Penggiliran rutin sudah diberlakukan sejak dua hari lalu. Diperkirakan hal itu akan berlangsung hingga memasuki musim hujan yang diperkirakan mulai akhir bulan ini atau awal November.

Tak Mencolok

Direktur PDAM Purwokerto Ahmad Hussein mengatakan, sebenarnya krisis air tidak hanya terjadi pada musim kemarau seperti ini. Saat musim hujan pun, kebutuhan pasokan air ke pelanggan juga berkurang, cuma kekurangannya tidak terlalu mencolok seperti saat ini.

Asumsinya, saat ini pelanggan PDAM mencapai 39.000, sedangkan kebutuhan pasokan airnya mestinya mencapai 550 liter/detik/keluarga atau titik sambungan. Padahal kebutuhan air setiap orang per harinya sekitar 130 liter. Satu keluarga/titik sambungan dimanfaatkan oleh 5-6 orang.

"Padahal kapasitas kebutuhan air yang bisa kita sediakan baru sekitar 470 liter/detik. Jadi, masih ada kekurangan sekitar 80 liter/detik. Ini untuk musim hujan. Pada musim hujan saja kita sudah mengalami krisis apalagi saat musim kemarau seperti ini," kata Hussein, kemarin.

Dampak krisis air tersebut selain menyebabkan penggiliran pasokan air ke pelanggan, juga membuat sekitar 15.000 calon pemasang baru belum bisa dilayani. Sebab, untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan lama saja belum bisa dilakukan sepenuhnya. Apalagi harus memprioritaskan pelanggan baru.

Menurutnya, pelanggan yang terkena dampak dari penggiliran itu ada sekitar 5.000. Ini tersebar mulai dari wilayah Purwokerto, seperti Pabuaran, Grendeng, sepanjang HR Boenyamin, Perumahan Limas Agung, Bancarkembar, Permata Hijau, kompleks pertokoan Satria, Perumahan Karangklesem, Puri Indah, Karangkobar, Jl Jenderal Soeprapto, dan Jl S Parman.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut, kata dia, harus disiapkan sumber air baru dengan membuat sumur dalam. Minimal harus ada tujuh buah sumur dalam. Setiap sumur dalam bisa menghasilkan sekitar 10-15 liter/detik. (G22-42n)



Post Date : 13 Oktober 2006