Kalimantan Selatan Darurat Air

Sumber:Media Indonesia - 28 Agustus 2012
Kategori:Air Minum
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menetapkan wilayah tersebut dalam status darurat air karena kekeringan. Pasalnya jumlah wilayah yang mengalami kekeringan kian bertambah.
 
“Kami telah menetapkan Kalsel sebagai daerah darurat (air karena) kekeringan. Kami telah melaporkannya ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk meminta bantuan penanganan,” kata Kepala BPBD Kalsel Bachriansyah, kemarin.
 
Data BPBD Kalsel menyebutkan ada dua wilayah yang mengalami kekeringan terparah, yaitu Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Pada kedua wilayah tersebut terdapat puluhan desa yang dilanda kekeringan.
 
Hampir seluruh sumur di desa-desa telah mengering. Untuk mendapatkan air, warga harus mencari ke tempat lain yang jaraknya cukup jauh.
 
“Di Kabupaten Banjar, warga harus berjalan hingga 5 kilometer untuk mengambil air sungai yang juga mulai surut dan keruh,” tambahnya.
 
Kekeringan telah melanda Kalsel sejak sebulan lalu.
 
BPBD telah menyalurkan bantuan air bersih di 11 desa pada dua kecamatan, yakni Kecamatan Astambul dan Simpang Empat, yang mengalami kekeringan terparah di Kabupaten Banjar. Dua kecamatan itu dihuni 2.200 kepala keluarga. “Kekeringan berdampak pada terganggunya kegiatan pertanian warga dan kesehatan masyarakat,” jelas Bachriansyah.
 
Air Keruh 
 
Kekeringan yang melanda sejumlah daerah membuat warga terpaksa menggunakan air tidak layak dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. seperti yang dilakukan ratusan warga Desa Papringan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang mengalami krisis air bersih sejak akhir Juli lalu, yakni memanfaatkan air keruh untuk kebutuhan sehari-hari.
 
Sulami, 45, warga Dusun Cabean, Desa Papringan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, sudah memakai air keruh dari belik sejak akhir Juli.
 
Biasanya warga memanfaatkan air dari Sungai Tanggul untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, Sungai Tanggul kini mengering. Warga akhirnya memanfaatkan air dari belik yang berlokasi di pinggir sungai.
 
Setiap hari warga mengambil air dari belik sebanyak dua kali, yaitu pagi dan sore untuk kebutuhan mencuci, memasak, dan minum.
 
Air diendapkan dulu agar keruhnya berkurang, kemudian baru dipakai untuk keperluan sehari-hari. Ironisnya masalah yang dialami warga Dusun Cabean itu baru diketahui Direktur PDAM Kabupaten Kudus setelah dimintai konfi rmasi dari Media Indonesia. “Wah, saya malah baru tahu dari Anda,” tukasnya.
 
Dia berjanji akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kudus untuk memberikan bantuan air bersih di desa tersebut.
 
Selama musim kemarau, debit air di beberapa sungai di Kabupaten Kudus terus menyusut. Bahkan ada sungai yang tidak ada airnya sama sekali. Data dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Serang menyebutkan ada empat sungai dari 18 sungai di Kabupaten Kudus mengalami krisis air.
 
Empat sungai tersebut ialah Sungai Dawe yang mengaliri Kecamatan Bae dan Mejobo, Sungai Tanggul yang mengaliri Kecamatan Kaliwungu, Kudus, dan Kecamatan Mayong, Jepara.
 
Sungai Celeng yang mengaliri Kecamatan Jekulo dan Sungai Tumpang yang mengaliri Kecamatan Bae dan Jati.
 
Hal sama juga dialami ribuan warga Desa Bebelain, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Dari keterangan anggota DPRD NTT asal daerah pemilihan Rote Ndao, Somie Anugerah Pandie, warga harus berjalan kali hingga lebih dari 5 kilometer untuk mengambil air. “Bahkan ada yang memakai jasa ojek untuk mengambil air bersih,“ jelas Somie. DENNY SUSANTO


Post Date : 28 Agustus 2012