|
SEMARANG- Bappeda Kota Semarang bekerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (UP2M) Politeknik Negeri Semarang (Polines), telah memasang alat pendeteksi dini banjir berbasis telemetri. Alat tersebut dipasang di hulu Sungai Kaligarang, atau tepatnya di jembatan Jl Pramuka Pudak Payung pada bulan Desember lalu. Elyas Rochani, Peneliti dari Polines belum lama ini menyatakan perangkat yang dipasang di jembatan tersebut adalah alat khusus yang ditemukan peneliti Polines. "Alat tersebut mampu mendeteksi, bila ada kenaikan air yang terjadi di hulu sungai. Setiap ada kenaikan, alat langsung mengirimkan data ke indikator," tuturnya. Dijelaskannya, indikator pendeteksi banjir terpasang di kantor Satlak Penanggulangan Bencana di Gedung Pandanaran. Petugas di tempat itu bisa melihat secara detail penambahan debit volume air di sungai, yang berhulu di Gunung Ungaran tersebut. Bila volume air melampaui ambang batas normal, alat akan mengirimkan sinyal ke indikator sehingga alarm yang ada di sana secara otomatis akan menyala. "Bila alarm menyala berarti akan terjadi banjir besar di daerah Sampangan seperti pada awal tahun 1990an lalu," tuturnya. Saat alarm menyala, maka banjir berarti masih berada di sekitar Jalan Pramuka. Dengan demikian, berdasar penelitian yang dilakukan Polines, maka masih ada waktu sekitar 30 menit banjir tiba di daerah Sampangan. Berarti, warga bisa dievakuasi dalam kurun waktu tersebut ke wilayah yang dirasa lebih aman. Alat itu merupakan perangkat khusus yang menggunakan gelombang radio sehingga mampu mengirmkan sinyal ke indikator. Menurut Elyas, perangkat tersebut memiliki akurasi yang cukup baik karena menggunakan sensor micro controller. Hanya saja, gelombang alat itu bisa terganggu bila ada orang menggunakan handy talkie (HT) di sekitar lokasi. ''Sebenarnya bisa diambilkan gelombang khusus, tapi akan terkena biaya tambahan," terangnya. Perangkat tersebut sudah berfungsi baik saat musim hujan ini. Bappeda Kota Semarang, telah meminta peneliti Polines memasang alat tersebut di dua sungai lain, yaitu Kali Babon dan Kali Kreo. "Kami telah mengirimkan surat permohonan ke Wali Kota, guna menyikapi permintaan Bappeda. Kami masih belum mendapat kabar dari beliau," pungkasnya. (H23-74). Post Date : 10 Mei 2007 |