|
Jakarta, Kompas - Musim hujan di awal tahun ini sudah meminta korban. Di Tangerang, permukaan air yang naik menewaskan dua remaja yang sedang memancing. Sedangkan di Jakarta, Kali Krukut meluap dan menggenangi puluhan rumah di RW 01 hingga RW 03, Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Menurut sejumlah warga, Senin (12/1), Kali Krukut mulai meluap sejak Minggu sekitar pukul 19.00 dan masuk ke rumah pada pukul 21.00. Sejak itu air terus naik sehingga warga yang tengah tidur pun bangun dan segera menyelamatkan barang-barang mereka. Pada puncaknya, Senin dini hari, ketinggian air di dalam rumah mencapai satu meter. Akibatnya, sejumlah warga tidak masuk kerja dan beberapa sekolah diliburkan. "Mau bagaimana lagi? Saya khawatir banjir akan semakin tinggi," kata Aminuddin, salah seorang warga RW 03. Sejak air terus merayap naik, sejumlah warga RW 03 segera memindahkan kendaraan mereka ke Jalan Nipah yang tanahnya lebih tinggi. Sejumlah motor juga dititipkan di tepi- tepi jalan Gang Langgar. Ketika banjir mulai meninggi, sebagian warga memindahkan barang- barang ke lantai dua rumah mereka. Sebagian warga lainnya meletakkan barang-barang di atas tumpukan kursi atau menitipkan di rumah tetangga. Sampai hari Senin siang, air masih menggenangi rumah penduduk dan sejumlah sekolah. Sampah menumpuk Di tengah banjir yang melanda, sejumlah warga menyesalkan banyaknya sampah yang menumpuk di pinggir sebuah jembatan Kali Krukut dan di ujung Jalan Pulo Raya III. Mereka beranggapan sampah tersebut berpotensi menghambat laju air sehingga mereka terus terancam banjir. Timbunan sampah di Jalan Pulo Raya ini mengakibatkan aliran air terhambat. Warga mengatakan, sampah-sampah di kali tersebut hampir tidak pernah diangkut. "Timbunan sampah di kali menyebabkan air mampat sehingga air lebih cepat meluap," tutur Salimin, seorang warga RW 03. Wakil Lurah Petogogan Wanto Dwi Subekti mengatakan, banyaknya sampah, penyempitan, serta pendangkalan Kali Krukut menjadi pemicu terjadinya banjir. Menurut dia, pendangkalan kali disebabkan lumpur yang mengendap. "Pemerintah sudah seharusnya melakukan normalisasi kali dengan mengeruk endapan lumpur dan melebarkan kali," katanya. Untuk mengantisipasi dampak banjir, kata Wanto, kelurahan telah menyiapkan tiga perahu karet, satu perahu fiber, sepuluh rompi pelampung, tiga buah getek, tambang, pos komando (posko) penampungan di masing-masing RW, serta posko dinas kesehatan di Gang Langgar. Tenggelam Di Tangerang, Minggu (11/1) sekitar pukul 16.00, dua remaja, Yaya bin Bubu (17) dan Asnis bin Minan (16), tenggelam di Sungai Cisadane. Mereka adalah bagian dari sejumlah remaja yang tengah memancing ikan sekaligus berenang di Sungai Cisadane. Padahal, saat itu permukaan air Sungai Cisadane tengah naik akibat hujan deras mengguyur Kota dan Kabupaten Tangerang. Salah satu remaja yang lolos dari maut itu, Nana, menyatakan, saat itu mereka berloncatan ke Cisadane yang airnya tengah naik. Yaya, warga Kampung Kedaung Wetan RT 04 RW 04, Neglasari, Tangerang, mendapat giliran terjun ketiga. Begitu mencapai air, Yaya terlihat terseret arus dan melambaikan tangan meminta tolong. Kemudian, Asnis, warga Kampung Kedoya RT 02 RW 02, Kedaung Baru, Neglasari, segera berenang menuju lokasi Yaya. Malang bagi Asnis, dia pun terseret arus Sungai Cisadane yang deras. Menurut Nana, kedua korban masih terlihat terseret arus hingga 20 meter dari tepian sungai menuju hilir sebelum akhirnya tenggelam. Nana, serta kawan lainnya, Hendra dan Sarin, tidak berani menyelamatkan Asnis dan Yaya. Mereka lalu melaporkan peristiwa itu kepada warga setempat, yang kemudian melanjutkan melapor ke pihak kepolisian. Laporan sebenarnya sudah diterima sejak Minggu malam, tetapi aparat kepolisian dan Forum Komunikasi Tim Search and Rescue (FK SAR) Tangerang belum bisa melakukan pencarian. Hal itu terjadi karena hujan masih deras, sementara arus sangat deras. "Malam itu kami hanya melakukan pengenalan medan secara umum serta melakukan rapat koordinasi penyelamatan bersama anggota FK SAR Tangerang," kata M Fadli, anggota Tim FK SAR. Senin sekitar pukul 07.00, pencarian korban baru dilakukan. Tim SAR dibagi dalam tiga posko, yang masing-masing berlokasi di Kampung Rawa Kucing, Krematorium Rawa kucing, dan Kampung Kedaung Baru. Menurut skala peta, jarak antara posko pertama dan posko ketiga tidak lebih dari tiga kilometer. Pada posko ketiga dibentangkan seutas tambang melintang di atas sungai sebagai penanda batas posko. Akan tetapi, karena kedua korban belum ditemukan, pencarian dilanjutkan hingga ke arah Teluk Naga di kawasan hilir sungai. Melalui pencarian panjang, Senin sekitar pukul 18.00 jenazah Yaya ditemukan di lokasi yang berjarak sekitar 300 meter sebelum Posko Kedaung Baru. Jenazah Yaya ditemukan seorang nelayan yang ikut mencari korban. Saat itu korban baru mulai mengambang dan kemudian diangkat ke perahu. Saat ditemukan, Yaya hanya memakai celana panjang. "Korban kemudian dibawa ke rumah duka di Kampung Kedaung Wetan. Keluarga dan warga setempat bersikeras membawa korban langsung tanpa terlebih dahulu membawa korban ke rumah sakit," kata Fadli. Atas penemuan itu, pencarian dan penyisiran lokasi dilakukan kembali untuk mencari jenazah Asnis. Namun, karena hari menjelang malam dan suasana gelap, pencarian dihentikan kembali. (K03/K01) Post Date : 13 Januari 2004 |