|
BEKASI (Media): Sedikitnya 500 rumah mewah di Perumahan Taman Kartini, Jalan Kartini, Bekasi Timur, kemarin pagi sekitar pukul 08.00 WIB kebanjiran setinggi 40 cm, akibat meluapnya air Kali Bekasi. Ratusan warga sibuk mengangkut barang elektronik, perabotan rumah tangga, dan memindahkan kendaraan di tempat aman sekitar perumahan tersebut. "Saya terkejut ketika pulang dari pasar rumah-rumah pada kebanjiran dan warga sibuk mengangkut barang rumah tangga ke luar perumahan," ujar Siman, 37, warga Taman Kartini, di lokasi banjir, kemarin. Johan, 45, warga lainnya mengaku khawatir permukaan air semakin tinggi dan bukan mustahil akan merusak perabotan rumah tangga bila tidak segera dipindahkan ke tempat yang aman. Sehari sebelum banjir, ia menitipkan istri dan kedua anaknya ke rumah saudara di Bekasi Timur. "Air memasuki rumah saya sekitar pukul 08.15 WIB, dan terus naik." Tunggul, 49, juga warga di sana mengatakan rumahnya kebanjiran air sekitar 50 cm. Akibatnya, kursi, kulkas, kasur, dan elektronik terendam air. "Mobil saya juga diterjang banjir, mesinnya saja terendam air saat diparkir di depan rumah." Sementara itu, hujan yang mengguyur wilayah Tangerang sejak Selasa (18/1) malam hingga kemarin dini hari menyebabkan beberapa daerah di empat kecamatan Kota Tangerang tergenang air 10 cm hingga 50 cm. Misalnya, Kecamatan Karang Tengah di sana ada lima titik permukiman warga yang tergenang air, seperti Perkampungan Pondok Bahar RT 01/04, Perumahan Pondok Bahar Blok O RT 01/06, Blok S RT 07/06 dan Blok D RT 02/04, Perumahan Cileduk Indah II Blok E RT 02 dan 04/04 dan perumahan Puri Kartika RT 04 dan 05/04. Kemarin pagi pukul 08.00 WIB masyarakat Kelurahan Baru, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang digemparkan dengan penemuan sesosok mayat laki-laki mengapung di pintu air 10. Diduga mayat yang belum diketahui identitasnya itu adalah korban banjir. Selain tak ditemukan tanda-tanda penganiayaan, mayat tersebut diperkirakan baru meninggal. "Kami belum bisa memastikan apakah jenazah tersebut korban banjir atau tidak, karena kami masih melakukan penyelidikan," kata Kasat Reskrim Polrestro Tangerang AKP Asep Adi Saputra. Elnadi Koordinator Pelaksana Harian (Plh) pengawasan Sungai Cidurian dan Cisadane yang ditemui di pintu air sepuluh mengatakan, sebenarnya Kota Tangerang ini sudah masuk dalam kategori siaga satu. Hal itu terjadi, karena petugas di lapangan sudah membuka sembilan pintu airnya untuk dialirkan ke intik (imigrasi) barat dan timur, agar air tersebut tidak tumpah dan menyebar ke beberapa kecamatan di Kota maupun Kabupaten Tangerang. Anggaran Rp18 Miliar Dari Depok, pemerintah setempat menganggarkan dana untuk Subdinas (Subdin) Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Rp18 miliar dari APBD 2005. Anggaran itu untuk biaya penanggulangan banjir di wilayah itu. "Dana itu kami siapkan antara lain untuk pembuatan saluran air Jalan Siliwangi, Musi, Jalan Pekapuran dan turap tanggul Krukut, Alfa di Jalan Dewi Sartika dan Kali Laya, Kelurahan Tugu, Cimanggis," kata Wali Kota Depok H Badrul Kamal didampingi Kepala Dinas (Kadis) Pekerjaan Umum H Yayan Arianto dan Kadis Pembangunan H Utuh Karang Topanesa usai rapat koordinasi dengan pejabat empat belas dinas Kota Depok, di Depok, kemarin. Menurut Badrul Kamal dewasa ini jalan di 63 kelurahan di enam kecamatan sangat sedikit terpasang saluran air. Hal itulah, yang menurut pria kelahiran Bogor, 20 Desember 1945 ini yang membuat jalan cepat rusak karena tergenang air hujan. Selain saluran air, turap sungai di Kota Depok juga jumlahnya sangat sedikit. Kalau banjir, air hujan perumahan warga yang tinggal di sekitarnya tergenang. Sejak berdirinya Kota Depok lima tahun silam, pada 1999, sudah melakukan pembangunan turap sungai dan saluran air di beberapa ruas jalan. Tetapi, belum semuanya terpasang akibat terbatasnya dana. Subdin pengairan Dinas Pekerjaan Umum setempat tahun anggaran APBD 2005, mengusulkan dana untuk pembuatan saluran air dan turap sungai Rp108 miliar. Namun, karena terbatasnya dana, hanya disetujui Rp18 miliar. Sementara itu, hujan deras selama tiga hari berturut-turut tanpa henti di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, mengakibatkan satu orang tewas karena tertimbun dua kali longsoran tanah yang memorak-porandakan dua dari 17 rumah di tebingan Kampung Alun-Alun RT 04/04 Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Puncak, kemarin. Keterangan yang dihimpun dari lokasi kejadian maupun dari staf Kecamatan Cisarua mengungkapkan, korban tewas yang tertimbun dan telah dievakuasi Titin Fatimah, 56, isteri dari pemilik rumah, Barnas, 57. Mula kejadian, air hujan menggerus lahan pemakaman warga seluas dua hektar di kampung itu, mengakibatkan tanah sepanjang 30 meter dari tebingan pemakaman berketinggian 20 meteran dengan kemiringan 80-90 derajat, longsor. Peristiwa longsor pertama yang terjadi sekitar pukul 00.00 WIB, material tanah longsoran kuburan Alun-Alun itu, langsung menimpa sebuah rumah milik keluarga Halim, 58, yang berada di bawah tebingan kuburan itu. Namun, semua anggota keluarga Halim berjumlah tujuh empat itu pun, hanya menderita luka lecet. Namun, selang tiga setengah jam kemudian, tepatnya pukul 03.30 WIB, di saat warga mulai sedikit tenang tetapi tetap mewaspadai musibah longsor susulan, ternyata kembali terjadi. Kali ini, menimpa rumah Sodik, 42, yang ditinggali dua keluarga sebanyak tujuh jiwa bersama orang tuanya, pasangan Barnas, 57, dan Titin Fatimah, 56. Dalam kejadian longsor yang kedua kalinya yang berbeda waktu tiga setengah jam ini, merenggut nyawa ibu kandung Sodik yang bernama Titin Fatimah, yang tidak sempat menyelamatkan diri dan tidak sempat tertolong oleh sanak keluarganya ketika longsoran terjadi. Lokasi rumah yang ditinggali Sodik dengan orang tuanya, Barnas dan korban ini, tetangga bersebelahan rumah. "Tetapi, semua keluarga terdiri dari sekitar 17 keluarga yang menempati 15 unit rumah di tebingan curam tanah pemakaman alun-alun itu, telah kami evakuasi ke rumah-rumah tetangga maupun saudaranya di sekitar lokasi atau tempat aman," papar Carya Gunawan, staf Kecamatan Cisarua kepada pers di Kantor Kecamatan Cisarua, kemarin. (SM/KG/DC/Ant/J-1) Post Date : 20 Januari 2005 |