Kabupaten Lebak Kekeringan

Sumber:Kompas - 05 Oktober 2007
Kategori:Air Minum
Rangkasbitung, Kompas - Kemarau panjang yang mulai bergulir sejak Juli lalu kini semakin luas melanda desa-desa di Kabupaten Lebak, Banten. Dampaknya terhadap kehidupan petani atau masyarakat. Sawah atau ladang dan bahkan sumur mereka kering kerontang.

Demikian hasil pemantauan Kompas yang mengunjungi beberapa daerah di Lebak dalam tiga hari terakhir hingga Kamis (4/10), ditambah keterangan dari warga dan pejabat terkait di Lebak. Desa-desa yang sempat dikunjungi berada di wilayah Kecamatan Maja, Sajira, dan Rangkasbitung.

Dede Supriyatna, Kepala Seksi Produksi Padi dan Palawija pada Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, membenarkan, kekeringan melanda hampir seluruh 28 kecamatan. Hingga 6 Agustus 2007, luas areal padi dan palawija yang dilanda kekeringan mencapai 6.720,5 hektar. Memasuki Oktober ini, hampir pasti dampaknya sudah lebih parah.

Pantauan Kompas di lapangan menunjukkan tidak ada areal irigasi teknis atau semiteknis dan irigasi pedesaan di desa-desa di Maja, Sajira, dan Rangkasbitung yang tidak kesulitan air. Persoalan yang paling berat dialami petani desa yang hidupnya mengandalkan sawah tadah hujan.

Sardawi (43), ayah enam anak, warga Desa Cilangkap, Maja, membiarkan lahan sawah tadah hujan garapannya telantar. Pada musim hujan yang lalu, sawahnya tidak menghasilkan karena kemarau menyergap saat padi usia 70 hari. Lahannya yang seluas 0,5 hektar puso. Sejak itu hingga kini belum terjadi hujan.

Persoalan serupa dialami warga di banyak desa di Lebak. H Muchdi (56), warga Desa Sukarame, Sajira, yang memiliki lahan sawah tadah hujan dua hektar, juga tidak mendapatkan hasil atau puso. Lahannya tak diolah untuk palawija atau sayur-mayur karena tidak ada sumber air terdekat.

Sumur-sumur di rumah warga, yang biasa dijadikan sebagai sumber air minum, mandi, cuci, kakus, serta menyiram sayur di pekarangan, telah mengering sejak 1,5 bulan lalu. Masalah itu, antara lain, dialami warga di Kampung Kruyan, Panunggangan, dan Lebak Kopo, Desa Calung Bungur, Sajira.

Misalnya, sumur di rumah pasangan Rowi (42) dan Kamsinah (40), warga Lebak Kopo, yang dalamnya tujuh meter kini kering kerontang. Begitu juga sumur di rumah Jumsiah (27) dan Sanaah (26) yang sedalam tujuh meter. "Sumur saya itu mulai kering sejak 1,5 bulan lalu," kata Sanaah.

Sumur yang paling dalam di Lebak Kopo, milik Sakani (26), 10 meter, pun kering. "Warga di kampung ini, dan juga kampung lain, terpaksa mengambil air di kali. Tak hanya untuk mandi dan cuci, air untuk minum dan kebutuhan lain juga dari kali," kata Nurohman (28), warga Kruyan.

Di Kecamatan Sajira, 750 hektar lahan sawah mengalami kekeringan, termasuk 150 hektar di antaranya sawah irigasi. "Jangankan sawah tadah hujan, sawah irigasi pun kering," kata Sekretaris Camat Sajira Yayat Ruchiyat. (CAL/KSP)



Post Date : 05 Oktober 2007