|
Bandung, Kompas - Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika Ke-50 di Bandung tinggal satu bulan lagi. Kota Bandung diharapkan sudah dapat menyelesaikan masalah tumpukan sampah di kotanya pada saat KAA digelar. "Bandung jangan sampai mempermalukan Indonesia," kata Gempur Adnan, Deputi Menteri Bidang Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kewilayahan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, seusai membahas masalah Leuwigajah bersama beberapa pakar persampahan di Hotel Topas Bandung, Senin (14/3). "Kalau sampah masih bertumpuk di kota saat wakil negara-negara KAA (Konferensi Asia Afrika) tiba, rusak betul citra Indonesia di mata dunia. Mereka akan menilai, mengurus sampah saja Indonesia tidak bisa," kata Gempur. Gempur menegaskan, masalah sampah di Kota Bandung menyangkut martabat Indonesia di hadapan negara lain. Gempur mengingatkan agar segala lapisan masyarakat serius menangani tumpukan sampah di Kota Bandung karena waktu yang tersedia singkat sekali. Menurut Gempur, pemerintah pusat, pemerintah kota, pemerintah provinsi, dan pakar persampahan harus terlibat. Gempur memberi solusi agar Pemerintah Kota Bandung menambah lagi armada pengangkut sampah untuk meningkatkan jumlah sampah yang bisa terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jelekong. "Ini menyangkut KAA. Selamatkan dululah wajah Indonesia. Tidak ada pilihan lain, tambah saja kendaraan pengangkut sampah. Pokoknya angkut dulu semuanya ke Jelekong," kata Gempur yang sempat menghela napas ketika mendapat informasi bahwa ada komitmen dengan masyarakat sekitar TPA Jelekong bahwa pengangkutan sampah hanya dilakukan sampai pukul 18.00. "Ya, Tuhan! Kalau begitu harus mencari alternatif TPA secepat mungkin untuk mengatasi kondisi darurat ini. Minggu depan saya akan berusaha berbicara dengan Pemerintah Kota Bandung," kata Gempur. Lapor ke Wapres Gempur mengatakan, ia akan segera melaporkan hasil pertemuannya dengan para pakar dan masukan mengenai estimasi biaya TPA bersistem sanitary landfill kepada Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla. Pertemuannya dengan para pakar juga dilatarbelakangi keinginan Wapres agar masalah sampah di Kota dan Kabupaten Bandung serta Kota Cimahi bisa segera selesai. Gempur berharap pemerintah yang tergabung dalam Bandung Metropolitan segera mendapatkan TPA baru yang layak untuk pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill. "Saya harap open dumping di TPA Jelekong hanya untuk jangka pendek, sekitar satu tahun. Setelah itu seluruh TPA harus sanitary landfill. Kalau tidak, masalah tidak akan selesai," tutur Gempur. Di masa datang, untuk menangani sampah, kota-kota metropolitan yang memiliki penduduk lebih dari satu juta jiwa harus memiliki TPA sendiri. Kota-kota metropolitan itu antara lain lima wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan, dan Palembang. Sementara itu, TPA Leuwigajah hingga kini masih rawan kebakaran. Kebakaran pernah terjadi di beberapa titik di bekas longsoran sampah pada hari Sabtu pekan lalu. Sampai Senin kemarin, asap masih tampak keluar dari longsoran sampah. "Terus terang, saya masih khawatir tinggal di tempat ini. Selain kebakaran, masih ada kemungkinan longsor lagi," ujar Ny Musri Husein (49), warga Desa Batujajar Timur, Kabupaten Bandung. Dari rumah Ny Musri Husein yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari TPA Leuwigajah masih tampak asap di atas tumpukan longsor sampah. Menurut Dr Ir Tri Padmi, Kepala Laboratorium Buangan Padat dan Bahan Beracun Berbahaya, Departemen Teknik Lingkungan ITB, kebakaran teridentifikasi juga oleh mahasiswa Teknik Lingkungan ITB yang sedang mengambil sampel di lokasi TPA, Sabtu. Tri menduga kebakaran di lokasi longsoran sampah disebabkan konsentrasi gas karbon dioksida (C02) dan gas metan (CH4) yang sudah tinggi. Kedua gas ini mudah terbakar. Kebakaran semakin mudah terjadi karena ada kontak antara gas dengan oksigen. Selain itu, sampah sudah kering hingga mudah terbakar. Prof Dr Ir Enri Damanhuri, peneliti dari Tim Satuan Tugas ITB Peduli Leuwigajah dan Bandung Raya, mengatakan harus ada program penanganan darurat di bekas TPA Leuwigajah. (y09) Post Date : 15 Maret 2005 |