|
Hari ini adalah hari Bumi. Lihat deh, ternyata tampang Bumi kita berantakan. Di sekitar kita ada banyak sampah yang tak terurus. Bahkan, Pemda DKI saja sampai kewalahan. Hei, kita bisa lho ikut mengurangi volume sampah. Berminat? Makin modern gaya hidup kita, sampah yang dihasilkan makin banyak. Tengok saja belanjaan kita untuk produk perawatan dan kecantikan tubuh. Ada botol sampo, botol shower gel, botol minyak wangi, botol deodoran, botol pelembap badan, tabung pasta gigi, maskara, kapas, tisu penyerap minyak, cotton bud, sampai hairs pray, sisir, dan hair dryer, yang semuanya akan jadi sampah. Itu baru dari satu jenis kebutuhan. Belum lagi sisa makanan, kertas bekas, bungkus permen, kain bekas, tisu, botol-botol, koran, kardus bekas, kemasan styrofoam, kantong plastik, mainan, baterai, dan sebagainya. Masih ditambah lagi dengan sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit dan industri. Ada perban bekas, obat-obatan tak terpakai, botol infus, jarum suntik bekas, rongsokan mesin-mesin, limbah kimia, dan sebagainya. Sayangnya enggak ada yang bisa menyetop produksi sampah. Minimal setiap hari kita membuang kertas tisu, kertas, dan sisa makanan. Menurut data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, tiap orang diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak satu sampai dua kilogram sehari. Jadi kalau penduduk Indonesia 206 juta orang, sampahnya bisa mencapai 420.000 ton per hari. Padahal kabarnya, pemerintah kita baru bisa mengelola 20-30 persen dari total produksi sampah per hari. Sisanya bertebaran di mana-mana. Atau jadi gunungan sampah tak terurus. Volume sampah di daerah perkotaan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berdasarkan hasil survei Biro Pusat Statistik, pada tahun 1996/1997, Kota Jakarta dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta menghasilkan sampah 25.404 meter kubik per hari. Sedangkan tahun 1998/1999 volume sampah per harinya mencapai 26.320 meter kubik, atau naik 3,6 persen. Sampai saat ini pembuangan sampah ada yang dilakukan dengan cara dibuang sendiri, lewat tukang sampah di sekitar rumah, atau diambil langsung sama petugas Dinas Kebersihan. Sampah yang dibuang sendiri ada yang dibuang di halaman rumah (ditimbun atau dibakar), dibuang ke sungai, tanah-tanah kosong di permukiman, atau tempat pembuangan sementara (TPS) terdekat. Demikian juga tukang sampah keliling, kalau enggak buang ke TPS, di sungai atau lahan kosong pun jadi. Jadi tetap ada sampah yang tercecer. Selanjutnya petugas Dinas Kebersihan mengangkut sampah dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA). Itu pun enggak semua sampah di TPS bisa terangkut. Pemda DKI sampai saat ini belum mendapatkan jalan keluar terbaik untuk urusan sampah ini. TPA Bantar Gebang yang menampung sampah warga Jakarta, tumpukan sampahnya telah mencapai 15 meter. Harusnya hanya boleh sampai enam meter saja. Isunya, TPA Bantar Gebang mau ditutup akhir Desember tahun ini. Tapi Pemda DKI belum mendapatkan TPA pengganti. Memang ada rencana untuk membuka TPA baru di daerah Jonggol. Tapi kabar terakhir, sebagian besar warga Jonggol enggak bersedia daerah mereka dijadikan TPA. Mungkin bukan Pemda DKI saja yang kewalahan dalam mengelola sampah. Pemda-pemda lain pun tak kalah pusingnya. Kalau mereka belum bisa menyelesaikan persoalan sampah ini, lalu mau dibuang ke mana sampah kita yang ribuan ton itu? Jangan-jangan, suatu hari nanti kita harus hidup di tengah gunungan sampah. Astaga, kebayang enggak sih! Kita pasti tahu, sampah bukan saja merusak pemandangan, tapi juga merusak kesehatan. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini. Sampah yang menumpuk di saluran air dan sungai akan menghambat arus air, hingga menyebabkan bencana banjir. Bau busuk dan banjir merupakan efek langsung sampah yang paling terasa sama kita. Data pemda menunjukkan, 60 sampai 70 persen penyebab banjir adalah sampah. Gerakan 3R Kayaknya kurang asyik kalau kita cuma menuding pemda enggak becus ngurusin sampah. Ada baiknya kita mulai membantu meringankan persoalan sampah ini. Caranya gampang, kok. Contek saja jurus ampuh yang sering dipraktikkan para pecinta lingkungan, yaitu jurus 3R; Reduce (mengurangi jumlah pemakaian), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang barang bekas jadi barang layak pakai). Reduce terutama untuk sampah plastik. Karena plastik adalah salah satu bahan yang sangat sulit terurai. Dengan mengurangi penggunaan plastik, kita sudah menyumbang pelestarian lingkungan. Caranya antara lain: menolak kantong plastik bila tak terlalu perlu. Sebaiknya bawalah tas sendiri saat berbelanja. Kalau makan, belilah sesuai porsi agar mengurangi sisa makanan. Gunakan kertas di kedua sisinya, dan jangan coret-coret bila tak perlu. Sebisa mungkin kurangi produk yang memakai baterai dan gunakan produk yang kemasannya bisa diisi ulang. Reuse terutama untuk produk dari botol plastik dan kaca, yang mengurainya makan waktu sampai ratusan tahun. Jangan remehkan penggunaan kembali kertas bekas. Menurut The Body Shop, perusahaan kosmetika asing yang peduli lingkungan, sampah kertas yang dibuang warga Jakarta sehari sama dengan menebang 10.710 batang pohon. Jadi manfaatkan baik-baik kertas yang sudah dipakai. Bisa untuk sampul, kertas kado, bahkan dijadikan memo. Amplop bekas pun masih bisa dipakai lagi buat mengirim surat. Recycle untuk sampah organik kita bisa dijadikan kompos. Tapi mendaur ulang sampah anorganik mungkin kita belum bisa. Maka, usaha maksimal yang bisa kita lakukan ialah memisahkan mana sampah organik, mana yang anorganik (plastik, logam, dan kaca). Tempatkan sampah anorganik dalam wadah berbeda, lalu berikan ke pemulung. Mereka ini yang akan membawa sampah anorganik kita ke produsen industri yang bisa mendaur ulang sampah anorganik tersebut. Percayalah, meski usaha yang kita lakukan sepertinya sedikit, tapi sangat berarti. The Body Shop menghitung di Indonesia hingga akhir 2003, penggunaan bahan plastik diperkirakan mencapai 2 juta ton. Adapun potensi limbahnya sekitar 80 persen atau 1,6 juta ton. Penduduk Ibu Kota yang berjumlah 12 juta orang tiap hari membuang kantong plastik yang bila dibentang bisa menutup 2.600 lapangan bola. Ck-ck-ck. Jadi aksi kita mengurangi bawa belanjaan dengan kantong plastik benar-benar membantu. Enggak heran kalau kita belanja di toko ini, pasti kemasannya kantung kertas. Mereka juga mengampanyekan agar kita membawa tas sendiri saat berbelanja. Juga ada program layanan isi ulang untuk produk tertentu. Sayangnya, program ini kurang diminati pelanggan. Karena hanya satu persen saja yang memanfaatkannya, terpaksa per Januari 2003 program ini dihentikan. Sebagai gantinya ditempuh terobosan lain yaitu menggunakan produk kemasan plastik, yang mengandung 30 persen plastik daur ulang (post consumer recyclate atau PCR). Dengan cara ini bisa dihemat sekitar 70 ton plastik murni dalam tahun pertama. Konsumen bisa berpartisipasi dengan menyerahkan bekas produknya ke toko-toko kosmetik ini. Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan di rumah untuk memanfaatkan limbah. Mia N Schmallenbach, cewek indo Kanada dan Jerman yang pernah tinggal di Indonesia, pernah bikin buku tentang hal ini. Dalam buku terbitan PT Elex Media Komputindo tersebut, cewek kelahiran Australia 1982 ini membeberkan 101 cara untuk menyelamatkan Bumi kita dengan dimulai dari rumah. Antara lain ia menulis cara membuat kertas daur ulang, membuat berbagai kerajinan dari barang bekas dan limbah rumah tangga, hingga daur ulang sabun. Mia sampai bikin buku itu karena sadar Bumi kita perlu diselamatkan. Sampah yang asalnya dari diri kita, dampaknya mendunia. Gunungan limbah tak terurus merupakan sumber bibit penyakit. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan penumpukan sampah secara open dumping di TPA, menyangkut pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah. Belum lagi limbah itu menghasilkan gas metan yang akhirnya menyumbang masalah efek rumah kaca. Akibatnya Bumi makin panas, enggak nyaman lagi ditempati makhluk hidup. Mengutip pernyataan The Body Shop, jika tiap hari sampah yang dihasilkan warga Jakarta seberat 6.955 ekor gajah, sampah kantung plastik yang bisa menutupi 2.600 lapangan sepak bola, dan sampah kertas yang jumlahnya sama dengan menebang 10.710 batang pohon, maka sudah saatnya kita bertindak bagi lingkungan. Intinya, think globally, act locally! Ayo, perangi sampah dengan gerakan 3R!. Post Date : 05 Desember 2003 |