[YOGYAKARTA] Dalam sepekan terakhir, harga jual ternak di Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turun drastis. Serbuan pedagang ternak ke pasar hewan Wonosari diakibatkan tingkat kebutuhan hidup para peternak yang meningkat. Dari musim masuk sekolah hingga memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Harga kambing Jawa sempat jatuh ke kisaran Rp 400.000, dari harga normal Rp 700.000. Begitu juga dengan ternak sapi, penurunan harga juga hampir mencapai Rp 600.000. Anjloknya harga ternak ini dimanfaatkan pedagang dari luar daerah memborong ternak. Mereka membeli ternak dengan harga murah untuk dijual di luar daerah.
Suyono, pembeli ternak di Yogyakarta, baru-baru ini mengaku bisa membeli seekor sapi methal tidak sampai Rp 9 juta. Dalam kondisi normal, harga sapi methal dalam kisaran Rp 10 juta lebih.
Ternak-ternak itu kemudian dijual kembali ketika harga naik. "Harga sapi jenis methal berumur 5 tahun yang biasanya laku Rp 10,5 juta, kini dilepas dengan harga Rp 10 bahkan Rp 9 juta," katanya.
Harga sapi bervariasi tergantung dari jenis dan ukurannya. Sapi jenis limosin laku dijual antara Rp 10 juta hingga Rp 25 juta per ekor. Sapi Jawa di kisaran Rp 6 juta-Rp 7 juta.
Suyono mengaku biasa membeli 20 sapi tiap kali hari pasaran. Dia bisa menjual kembali sapi-sapi tersebut dengan harga 25 persen lebih tinggi dari harga beli. Sapi dan kambing dari Gunungkidul berkualitas tinggi dan banyak diminati karena dagingnya cenderung kering.
Sarwanto (45), pedagang ternak asal Ponjong Gunungkidul mengaku ingin segera mendapatkan uang karena tuntutan hidup. Meski dia mengaku hanya menjual sekitar 14 kambing dengan harga masing-masing Rp 450.000, keuntungan menjual ternak itu hanya bisa untuk bertahan hidup kurang lebih dua bulan.
"Anak mau cari sekolah SMA, lalu sekarang sudah harus beli air. Satu tangki harus beli Rp 125.000 dan seminggu sudah habis," katanya.
Sebelum turun bantuan air dari pemerintah, dia dan beberapa tetangganya mulai gotong-royong membeli air.
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) akan mengutamakan droping air di wilayah selatan Gunungkidul. Bagian Seksi Bantuan dan Jaminan Sosial (Dinsosnakertras) Wijang Eka mengatakan, droping air dari pihak ke tiga akan diarahkan ke daerah selatan.
Prioritas
Daerah prioritas, seperti Rongkop, Semanu, Panggang, dan Girisubo, sudah disiapkan 18 armada tangki air bahkan droping air bersih untuk warga sudah berjalan. Pemkab disiagakan lima mobil tangki sebagai cadangan untuk mem-back up kecamatan yang membutuhkan bantuan pelayanan droping air bersih, ujarnya.
Demikian juga dengan armada yang sudah siap di setiap kecamatan, sudah mulai berjalan. Yang jelas persiapan untuk droping air bersih sudah matang, diharapkan melalui program ini mampu mengatasi kekeringan serta mengantisipasi ancaman El Nino, katanya.
Tahun ini pemkab menganggarkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebesar Rp 400 juta untuk membantu masyarakat. Di tingkat kecamatan, sudah ada alokasi khusus untuk mengatasi kekeringan tersebut.
Sejumlah kelurahan di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu mulai mengalami krisis air. Pasalnya, air sumur warga mulai kekeringan, menyusul musim kemarau melanda daerah ini sejak sebulan lalu dan sampai sekarang masih berlanjut.
"Air sumur di rumah saya terus berkurang karena sudah sebulan tidak turun hujan lebat. Hujan yang turun beberapa hari lalu bukanya menambah air sumur justru sebaliknya mengeringkan sumur," kata Effendi (45), warga Kelurahan Padang Nangka, Kota Bengkulu kepada SP, di Bengkulu, Senin (20/7).
Air sumur yang ada sekarang hanya cukup untuk mandi dan mencuci. Sedangkan, untuk kebutuhan minum dan masak terpaksa minta ke rumah tetangga yang berlangganan air PDAM. Sebab, sejak air sumur berkurang pada musim kemarau ini warnanya berubah menjadi keruh, sehingga tidak layak untuk diminum. [152/143]
Post Date : 21 Juli 2009
|