|
WONOGIRI - Masyarakat Wonogiri bagian selatan yang hidup di wilayah rawan kekeringan, dilaporkan mulai ramai-ramai nekat menebangi pohon penghijauan untuk dijual agar uangnya bisa digunakan untuk membeli air minum. Hal itu berlangsung seiring dengan makin sulitnya mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, menyusul telaga-telaga yang selama ini menjadi andalan mengering bersamaan musim kemarau. Praktik penebangan tanaman penghijauan itu dikhawatirkan akan makin menggundulkan kawasan setempat dan menambah luas lahan kritis. Warga Pracimantoro, Suranto (50), mengatakan, penebangan pohon dilakukan demi mendapatkan uang untuk membeli air minum. Harga air minum mencapai Rp 60.000 - Rp 90.000 per tangki berkapasitas 4.000 - 5.000 liter. Di Pracimantoro, sekarang beroperasi 16 mobil tangki air, termasuk tujuh mobil tangki yang datang dari Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. ''Betul, penduduk sudah mulai menebangi pohon,'' ujar Camat Pracimantoro Drs Teguh Setyono. Praktik penebangan pohon itu sulit dikendalikan karena pohon-pohon itu milik warga yang ditanam di lahan tegalan dan kebun mereka. Di Kecamatan Pracimantoro, ada sembilan dari 18 desa/kelurahan yang penduduknya mengalami kesulitan air. Yakni, penduduk di Gambirmanis, Petirsari, Joho, Sumberagung, Gedong, Gebangharjo, Watangrejo, Glinggang, dan Pracimantoro yang meliputi 31.158 jiwa atau 9.370 keluarga. Kekeringan itu, terkait erat dengan mengeringnya 14 dari 23 telaga yang selama ini menjadi tandon air untuk memenuhi kebutuhan warga sehari-hari. Sembilan telaga kini masih ada airnya, tapi kondisinya tinggal 40-50 persen. Camat Giritontro H Sariman SSos, Jumat (21/7), mengatakan, ada lima dari tujuh desa yang saat ini mengalami rawan air bersih. Jumlah penduduk yang kesulitan air mencapai 2.047 keluarga (9.169 jiwa). Sementara itu, Camat Paranggupito Suyadi SIP mengatakan, kerawanan air bersih melanda sekitar 4.000 keluarga di delapan desa. Untuk mengantisipasi bencana kekeringan itu, pihak kecamatan telah mengoptimalkan pengoperasian ledeng pedesaan yang memompa air dari sumber air Waru untuk dibagikan secara bergiliran ke enam desa. ''Dua desa lainnya, yaitu Johunut dan Gendayaan, tidak terjangkau fasilitas ledeng pedesaan, dan akhirnya dilayani dengan mobil tangki,'' kata Suyadi. Berkaitan dengan bencana kekeringan itu, Bupati H Begug Poernomosidi SH, Jumat (21/7), memimpin operasi pemberian bantuan air dengan memberangkatkan delapan mobil tangki. ''Kesulitan air bersih bagi penduduk itu perlu disikapi segera. Jangan hanya ramai dirapatkan. Kita harus secepatnya melangkah. Soal dananya nanti kita cari sambil berjalan. Sebab, kebutuhan akan air tidak dapat ditunda-tunda,'' tegas Bupati. (P27-36n) Post Date : 22 Juli 2006 |