|
JOGJA - Jogja terancam akan kesulitan air bersih. Sumber air di Gunung Merapi yang selama ini menyuplai kebutuhan masyarakat DIJ dan sekitarnya, sudah mulai berkurang. Bahkan beberapa sumber sudah tidak lagi mengalirkan air. "Jogja terancam kekurangan air. Masyarakat akan kesulitan mendapatkan air bersih," ujar Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jogjakarta Suparlan, saat refleksi akhir tahun di Kantor Walhi, Sabtu. Menurut Suparlan, saat ini di Merapi hanya ada 10 sumber air yang masih menyuplai kebutuhan air di DIJ dan sekitarnya. Padahal, sebelumnya terdapat sekitar 35 sumber air. Hal ini dikarenakan terjadi penebangan pohon yang tidak diimbangi dengan penanaman kembali. Selain itu, banyaknya penambang pasir di kawasan Merapi tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan, juga mengakibatkan hilangnya sumber mata air. "Ditambah penegakan hukum yang lemah, menjadikan kerusakan lingkungan tidak dapat ditanggulangi," katanya. Di sisi lain, Koordinator Wana Mandhira Mimin Dwi Hartono mengungkapkan, proyek pembangunan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) juga bisa memicu berkurangnya mata air. Sebab, saat ini baik pelaksana program maupun pemerintah kurang mengindahkan aspek pengendalian lingkungan yang ditimbulkan dari adanya program itu. "Para pelaksana hanya mementingkan aspek teknis saja, sehingga melupakan dampak dari program ini," ujarnya. Selain itu, ia belum melihat upaya dari dua pemerintah kabupaten yakni Sleman dan Magelang untuk melakukan konservasi air. Bahkan yang lebih memprihatinkan, kedua pemkab itu hanya berupaya agar dapat meraih pendapatan asli daerah (PAD) dari adanya proyek TNGM. "Lihat saja, beberapa sub program sudah mulai dimunculkan dari kedua kabupaten itu," ungkap Mimin. (sam) Post Date : 02 Januari 2006 |