|
MEDAN(SINDO) – Pemerintah Jepang memberikan hibah sebesar USD88.124 untuk proyek penanganan sampah menjadi kompos di Kota Medan. Untuk tahap pertama, proyek tersebut akan diuji coba di Kompleks Perumahan Universitas Sumatera Utara (USU), Jalan DR Mansyur, Medan. Hibah itu kemarin ditandatangani Konsul Jenderal Jepang di Medan Minoru Shirota dan Ketua Perhimpunan Alumni Dari Jepang (Persada) Prof Darwin Dalimunthe di kediaman Konsul Jepang di Jalan Cut Nyak Din, Medan. Penandatanganan proyek pengelolaan sampah di Medan itu disaksikan Sekretaris Persada Sumut Drs Yuddi Adrian MMA,Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) Sjahril Effendi Pasaribu,Wakil Ketua PPIJ Prof Armansyah Ginting,Ketua Harian PPIJ H Jamharil Umeda dan Sekretarisnya, Azzam Rizal. Minoru menerangkan, bantuan Pemerintah Jepang untuk proyek pengolahan sampah menjadi kompos di Kota Medan merupakan yang pertama. Proyek itu telah diuji coba di Kota Surabaya dan sukses. “Saya merasa bahagia, hari ini (kemarin) dapat ditandatangani MoU proyek pengolahan sampah bantuan Pemerintah Jepang. Proyek ini betul-betul proyek kerja sama. Mudah-mudahan proyek ini menjadi kenyataan,” ujar Minoru. Dia mengaku bahagia karena proyek kerja sama itu bisa ditandatangani. Padahal untuk mewujudkannya,dibutuhkan waktu hampir setahun. “Kami bersama panitia telah bekerja sejak 18 Januari 2008,mulai buat konsep dan studi banding ke Surabaya. Selama proses ini sedikit depresi, bahkan muncul pesimisme, tapi nyatanya hari ini ditandatangani,” papar Minoru. Kesadaran dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk memberhasilkan proyek tersebut. Jika tidak ada kesadaran masyarakat, sulit tercapai. “Jika di Medan sukses, kami akan kembangkan proyek ini di daerah lain di Sumut,” ucapnya. Pemerintah Jepang begitu concern membantu penanganan sampah karena merupakan masalah serius bagi masyarakat Kota Medan. Isu lingkungan itu memang tidak hanya menjadi masalah lokal, tapi global. “Dulu Jepang juga pernah menghadapi persoalan sampah seperti di Medan, tapi setelah diterapkan teknologi penanganan sampah Takakura (ahli kompos), sampah tidak lagi menjadi persoalan serius di Jepang,”ujar Minoru. Karena itulah, Pemerintah Jepang ingin membagi pengalaman dan pengetahuan tentang teknologi pengelolaan sampah dengan nama alat Takakura ke Medan. “Kami pilih USU sebagai pilot proyek karena diyakini kesadarannya lebih tinggi.Jika ini sukses,kami akan kembangkan di daerah lainnya,” tandasnya. Minoru menjelaskan, cara kerja teknologi pengelolaan sampah itu, pertama sampah rumah tangga dipilah-pilah antara sampah basah dan plastik dan dimasukkan ke alat yang diberi nama Takakura. Berikutnya, sampah dikumpulkan ke Kompos Center dan diolah menjadi kompos.“ Proyek ini tak hanya butuh kesadaran,tapi ini adalah bibit.Harapan saya,proyek ini bisa berkembang,”ujarnya. Ketua Persada Darwin Dalimunthe yang diberi amanah untuk mengelola proyek mengatakan, dirinya akan berusaha semaksimal mungkin menyukseskan proyek bantuan Jepang itu. “Kami akan berusaha agar proyek ini berjalan sukses. Dan kami juga akan bekerja sama dengan PPIJ untuk mengawasi proyek ini,”ujar Darwin. Untuk menyukseskan proyek itu, kata Darwin, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan mahasiswa Fakultas Pertanian USU. “Teknologi ini akan kami sebarluaskan. Harapan kami, masalah sampah di Medan ini bisa teratasi,’ ucap Darwin. Di Medan sendiri sampah sempat menjadi masalah.Pasalnya, sampah tidak diangkut oleh Petugas Dinas Kebersihan ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA). Akibatnya, sampah menggunung dan berserak ke mana-mana. Hal itu terjadi karena masa kontrak 30 unit convector truk berakhir sementara anggaran APBD belum disahkan. (m syahyan rw) Post Date : 23 Desember 2008 |