|
Gunung Kidul, Kompas - Japanese Red Cross Society atau Palang Merah Jepang membuat proyek percontohan penampungan air hujan di Dusun Karangsari dan Doga, Desa Nglanggran, Patuk, Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Sebanyak 95 unit penampungan air hujan atau PAH yang dibuat selama Agustus-September itu kini sudah rampung. Empat PAH lagi sedang dikerjakan di Dusun Putat II, Desa Putat yang berdekatan dengan Dusun Doga. PAH-PAH ini dibangun di sana karena para warga tertarik dan bersedia gotong royong membuatnya. Mihoko Goto, Kepala Tim Rekonstruksi Palang Merah Jepang, ketika meninjau lokasi, Senin (24/9), mengatakan, pihaknya dan Palang Merah Indonesia sengaja mendorong warga bergotong royong agar semuanya merasa memiliki, sehingga senantiasa merawatnya. Doga dan Karangsari dipilih karena pada musim kemarau lalu mengalami kekeringan cukup parah. Kondisi tersebut dipicu karena sumur-sumur warga, juga tuk (sumber air), mengering pascagempa Mei 2006. Padahal sebelumnya wilayah ini tidak pernah kekurangan air. Atas dasar itu, semua warga hampir tidak punya tempat tampungan air. Field Officer Program Marjianto menjelaskan, PAH yang menggunakan teknologi paduan semen dan besi ini lebih awet dan kuat daripada PAH dari pasangan batu bata yang diplester. Pengerjaan juga lebih mudah dan cepat. Satu unit selesai empat hari. Setelah PAH di Putat selesai dikerjakan, program akan menyasar ke wilayah lain. Direncanakan 131 PAH di Desa Ngoro- oro, Patuk, bisa segera dikerjakan seusai Lebaran. "Kami menargetkan PAH-PAH sudah selesai dibangun sebelum akhir tahun," ujar Mihoko. Dengan volume sekitar 8.800 liter dan 12.700 liter, satu PAH bisa untuk tiga keluarga. Biaya pembuatannya Rp 6,5 juta-Rp 7,9 juta untuk satu PAH. (pra) Post Date : 25 September 2007 |