GROBOGAN, KOMPAS - Banjir akibat meluapnya Sungai Jragung menyebabkan pangkal dinding jembatan rel kereta api di Kilometer 27+700 ruas Tegowanu-Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tergerus banjir sepanjang 9 meter dan sedalam 0,5 meter, Minggu (2/1). Banjir juga menggenangi rel di ruas itu sepanjang 1 kilometer dengan ketinggian sekitar 10 sentimeter.
Bencana alam itu menyebabkan dua perjalanan kereta api dari Semarang menuju Surabaya dan Solo dibatalkan. Lima KA dari Semarang lainnya tertahan hampir lima jam, mulai pukul 04.50.
Vice President PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IV Semarang Septa Triono Ramadhin menuturkan, kereta yang dibatalkan adalah KA Rajawali tujuan Surabaya yang seharusnya berangkat pukul 08.30 dan KA Banyubiru rute Semarang-Solo- Yogyakarta yang seharusnya berangkat pukul 06.00.
Lima perjalanan KA yang tertahan adalah KA Kertajaya tujuan Surabaya yang tertahan di Tegowanu, KA Brantas (tujuan Kediri) di Brumbung, KA Gumarang dan KA Sembrani (Surabaya) di Stasiun Alas Tuwo, serta KA Argo Anggrek di Stasiun Tawang Semarang. ”Karena sudah tertahan lama, kami akhirnya memberangkatkan penumpang KA Argo Anggrek menggunakan sembilan bus menuju Surabaya,” ujar Septa.
Kepala Bagian Humas PT KAI Daop IV Sapto Hartoyo menambahkan, perbaikan jembatan yang tergerus telah dilakukan secara darurat dengan memasang bronjong pasir dan batu. Ia menargetkan, dalam sehari pembenahan fondasi jembatan selesai sehingga KA yang melintas dapat melaju 40 kilometer per jam.
Terkait rel yang terendam, Sapto mengemukakan, di ruas Tegowanu-Gubug kerap terjadi banjir. Tahun lalu PT KAI telah meninggikan rel, tetapi ternyata belum mampu mengatasi ketinggian genangan air.
Sementara itu, sehubungan dengan kondisi cuaca, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jateng Evi Luthfiati mengatakan, hujan lebat akan terus terjadi di provinsi itu hingga akhir Februari 2011.
Sungai meluap
Cuaca buruk juga menyebabkan banjir dan tanah ambles di tujuh kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Jateng, Sabtu malam. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi 418 rumah dan puluhan hektar sawah terendam air, 7 rumah ambles, serta 5 rumah dan 1 balai desa roboh akibat tertimpa pohon. Dua jembatan dan dua jalan desa juga putus serta satu bendungan sungai ambrol.
Hingga Minggu siang beberapa rumah warga masih terendam dengan ketinggian sekitar 30 sentimeter, seperti di Dukuh Plutungan, Desa Pakis Putih, Kecamatan Kedungwuni. Warga juga terlihat mulai membersihkan rumah dan menjemur perabot rumah yang masih dapat diselamatkan.
Yaemah (50), warga Dukuh Plutungan, mengatakan, banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Welo. Air masuk ke rumah warga pukul 22.00. Ketinggian air pada malam hari lebih dari 1 meter.
Karena panik, Yaemah tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Yaemah dan anaknya, Munawaroh, kehilangan uang sekitar Rp 2,5 juta. Padahal, uang itu akan digunakan untuk biaya persalinan Munawaroh dan membayar cicilan kredit sepeda motor.
Banjir juga melanda Medan, Sumatera Utara, akibat meluapnya Sungai Deli. Ratusan rumah di tiga kelurahan terendam. Air mulai menggenangi rumah warga di Kelurahan Aur, Sei Mati, dan Kampung Baru sejak Sabtu. Pada Minggu sore genangan air masih setinggi 50 sentimeter.
Di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Minggu pukul 15.00, terjadi longsor di lereng bukit di Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, yang menyebabkan dua rumah tertimbun. Penghuni salah satu rumah, Sugito (60), ikut tertimbun dan hingga Minggu malam belum dapat dievakuasi.
Di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, belasan rumah roboh dan genteng puluhan rumah berhamburan dilanda angin kencang, Minggu. Angin kencang menerjang Desa Manyar, Kudikan, dan Jugo, Kecamatan Sekaran. Tiga warga terluka akibat tertimpa reruntuhan rumah. (HEN/GAL/DEN/MHF/ WIE/EKI/ACI/WER)
Post Date : 03 Januari 2011
|