Jawa dan Bali Krisis Air

Sumber:Koran Sindo - 06 Agustus 2012
Kategori:Air Minum
PULAU Jawa dan Bali saat ini menghadapi persoalan terus menyusutnya ketersediaan air bersih. Penyebabnya, selain terus bertambahnya kebutuhan air, kemarau panjang tahun ini memperparah kondisi tersebut.
 
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sri Woro Harijono menyatakan masalah menyusutnya air tidak boleh diang gap enteng. “Bertambahnya penduduk di Jawa meningkatkan jumlah kebutuhan air,“ ungkapnya kepada Media Indonesia, kemarin.
 
Berdasarkan sensus pada 2011, jumlah penduduk di Jawa tercatat sekitar 138 juta jiwa atau 58% dari total penduduk Indonesia. Padahal, luas Jawa hanya 6,8% dari seluruh wilayah Indonesia. Penduduk Pulau Bali sekitar 4 juta.
 
Selain jumlah penduduk, musim kemarau yang puncaknya terjadi pada bulan ini mengakibatkan kekeringan di sebagai besar wilayah Jawa dan Bali, bahkan hingga ke Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sungai-sungai mengering dan debit air di waduk menyusut drastis.
 
Padahal, kata Sri Woro, musim kemarau saat ini masih dalam batas normal. “Ini bukan kemarau ekstrem karena bila dilihat di Samudra Indonesia dan Pasifik, penguapannya normal. Pengaruh El Nino pun sangat lemah,“ terangnya.
 
Namun, lanjutnya, berdasarkan penghitungan pola cuaca dan dampak perubahan iklim di Indonesia, pada 2015 nanti krisis air di Jawa dan Bali akan semakin serius. Untuk itu, perlu langkah-langkah antisipatif guna mencegah kemungkinan ancaman ketiadaan air.
 
Menurut pakar teknologi air dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nusa Idaman Said, krisis air juga akibat kian banyaknya gunung dan bukit yang gundul. “Bila musim hujan, terjadi banjir, dan (ketika) kemarau tiba, defisit air atau kekeringan.“
 
Nusa menganjurkan pemerintah mengambil langkah konkret guna menghindari bencana krisis air yang lebih serius. “Mungkin penghijauan dan sebagainya. Kondisi di Jawa sudah parah,” kritiknya.
 
Tidak mengganggu
 
Salah satu provinsi di Jawa yang mengalami kekeringan paling parah akibat musim kemarau saat ini adalah Jawa Tengah. Setidaknya 23 dari 35 kabupaten/kota dilanda krisis air bersih dan ribuan hektar sawah puso
 
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Jateng Sarwa Pramana, bahkan sudah ada lima kabupaten yang meminta pengedropan air bersih, yaitu Blora, Banyumas, Cilacap, Grobogan, dan Rembang.
 
Kondisi tidak jauh berbeda terjadi di wilayah Jawa Timur.  Di Tuban, warga tetap sulit mendapatkan air bersih walau sudah membuat sumur bor hingga lebih dari 100 meter.
 
Ekonom pertanian Bungaran Saragih memperkirakan kemarau saat ini tidak akan mengganggu produksi pangan. “Saya lihat produksi dalam negeri masih banyak.” SISWANTINI SURYANDARI


Post Date : 06 Agustus 2012