|
LAMONGAN-SURYA-Banjir di Kabupaten Lamongan akibat jebolnya tanggul Desa Tegalrejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, semakin parah, Selasa (11/3). Jumlah rumah terendam bertambah, dari 2.452 menjadi 3488 rumah. Rumah-rumah tersebut terletak di 10 desa di Kecamatan Laren, Lamongan. Selain itu, sekitar 500 pengungsi atau 155 kepala keluarga (KK) memadati tanggul Sungai Bengawan Solo di Desa Centini. Banjir juga masih terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Ngawi dan Madiun dan beberapa kabupaten/kota lain. Ratusan warga Kalurahan Kampung Baru dan Ketanggi, Kecamatan/Kabupaten Ngawi, misalnya, sampai kemarin (11/3) pun belum kembali dari pengungsian di rumah-rumah sanak-saudara terdekatnya. Parahnya genangan air di Laren, Lamongan, bersamaan dengan meningkatnya volume Sungai Bengawan Solo di Pos Pantai Karang Nongko, Kabupaten Bojonegoro, yang mencapai 30.54 Scala Pielschaal. Ketinggian air hingga 30 meter dari dasar sungai itu memasuki Status Siaga Puncak. "Setelah satu pekan mulai satu Maret lalu, air menurun. Kemudian naik kembali sesuai prediksi sejak Senin (10/3) petang kemarin. Sebanyak 3.488 rumah di 10 desa terendam. Kami tetap siaga, terutama dukungan logistik bagi para pengungsi," ujar Rusgianto, Ketua Satkorlak Laren yang juga Camat Laren, Selasa (11/03). Mengutip data terkini dari Satlak PB Lamongan, dia merinci, rumah-rumah terendam itu berlokasi di Dateng (392 rumah), Gelap (402), Centini (850), Durikulon (356), Pelangwot (200), Bulutigo (295), Siser (155), Jabung (750), Pesanggrahan (48), dan Keduyung (40 rumah). Ketinggian air yang masuk rumah melonjak dari interval 15-20 cm menjadi 70-100 cm. Dari 10 desa yang terendam itu, enam desa di antaranya terisolir, dan kendaraan darat tidak dapat lewat akibat ketinggian air di jalan desa di atas satu meter. Desa-desa yang terisolir adalah Desa Bulu Tigo, Keduyung, Siser, Jabung, Dateng, dan Gelap. Sarana transportasi satu-satunya adalah perahu kecil atau perahu darurat dari pohon pisang. Terus Naik Secara terpisah, Kabag Humas dan Protokol Pemkab Lamongan Aris Wibawa menjelaskan, ketinggian air Bengawan Solo masih terus naik. Pengamatan di Pos Pantau Babat, Selasa (11/03) pukul 14.00 WIB, air mencapai 7,09 peilschall atau Siaga II. Kewaspadaan terlihat di Pos Pantau Pelangwot, yang sudah mencapai Siaga III, dengan ketinggian air 5,02 peilschaal. Sedangkan di Pos Kuro Siaga II, dengan ketinggian 1,64 peilschaal. "Ini perlu perhatian khusus dari semua pihak sebelum korban bertambah banyak," tegas Aris. Di Ngawi, banjir yang melanda sejak dua hari terakhir menyebabkan aktivitas warga terganggu. Selain itu, puluhan KK di Desa Selopuro, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi --yang bersebelahan dengan aliran Bengawan Solo-- masih terisolir. Dengan masih terendamnya Kecamatan Pitu berarti ada enam kecamatan yang diterjang banjir, dua hari terakhir. Kecamatan-kecamatan itu adalah Kwadungan, Ngawi, Pangkur, Geneng, Pitu, dan Karanganyar. Adapun kecamatan terparah yakni Ngawi, Pitu, dan Kwadungan. Mengenai penyebab banjir, Kepala Satkorlak Kabupaten Ngawi M Sodiq menjelaskan bahwa banjir tidak disebabkan pembukaan pintu Waduk Gajah Mungkur Wonogiri melainkan akibat tingginya curah hujan beberapa hari terakhir, yang menyebkan Bengawan Solo meluap. "Akibat meluapnya bengawan itu Satkorlak pemkab Ngawi masih menetapkan kondisi Siaga Tiga," paparnya. ery/k14 Post Date : 12 Maret 2008 |