|
SITUBONDO-Guyuran hujan sepanjang sore kemarin mengakibatkan sebagian beberapa daerah di Kecamatan Jatibanteng, Situbondo kembali dilanda banjir. Aliran sungai (kali) Maling yang membelah sebagian desa di Jatibanteng tiba-tiba meluap ke kawasan pemukiman penduduk. Meski tak ada korban jiwa, namun ratusan warga sempat panik. Sebab, derasnya aliran Kali Maling itu mulai merusak sejumlah infrastruktur seperti plengsengan dan jalan aspal di Desa Wringinanom ambrol sepanjang 40 meter. Tak ayal, ambrolnya plengsengan tersebut membuat ratusan warga di sepanjang aliran sungai itu ketakutan. Kebanyakan warga memilih berjaga-jaga di luar rumah. Bahkan, kabarnya sebagian warga ada yang mulai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Sebab, ambrolnya plengsengan itu dikhawatirkan akan membuat luapan air dari Kali Maling kian menggila. Hingga berita ini ditulis tadi malam, kebanyakan warga masih berjaga-jaga di luar rumah. "Tidak ada korban jiwa dalam banjir kali ini. Cuma warga cukup panik, karena sebagian plengsengan mulai ambrol," kata Wakil Bupati Situbondo Suroso, yang turun langsung ke Jatibanteng. Sementara itu, banjir yang menghantam Jatibanteng itu dipicu derasnya guyuran hujan di wilayah selatan daerah tersebut. Hujan turun sejak pukul 14.00 siang kemarin. Derasnya curah hujan itu menghayutkan batangan kayu jati yang masih banyak berserakan di aliran sungai Maling tersebut. Kayu-kayu itu adalah sisa terjangan banjir bandang awal tahun 2006 lalu. Nah, hanyutan kayu itulah yang menghantam sisi sungai hingga menimbulkan banyak kerusakan. Bahkan, ambolnya plengsengan dan jalan di Desa Wringinanom itu, awalnya juga karena benturan kayu berdiameter besar. Sebab, letak plengsengan dan jalan itu tepat berada pada ujung tikungan sungai itu. Sehingga, hantaman airnya menjadi semakin keras. "Awal ambruknya plengsengan itu memang karena dihantam kayu. Hingga akhirnya mengikis badan aspal," tukas lelaki yang juga Ketua Satlak Penanggulangan Bencana Situbondo itu. Panjang plengsengan yang ambrol itu diperkirakan mencapai 40 meter. Demikian juga dengan badan aspal yang tergerus air. Lebar aspal jalan yang awalnya mencapai 4 meter, kini terkikis dan hanya menyisakan sekitar 1 meter. Padahal, pembangunan dua sarana infrastruktur itu baru saja rampung beberapa bulan lalu. "Kalau tidak salah, pembangunan itu dana dari APBD Kabupaten. Tapi saya lupa nominalnya. Di masa mendatang depan, antisipasinya plengsengan itu harus dibuat dari bahan besi. Sebab, posisinya tepat di tikungan sungai," papar Suroso. Suroso memperkirakan, insiden banjir itu baru berupa pemanasan. Sebab, saat ini curah hujan belum memuncak. Karenanya, memasuki tingginya curah hujan mendatang, ancaman banjir diprediksi lebih besar. Apalagi, kata Suroso, sampai saat ini masih banyak batangan kayu jati yang berserakan di pekarangan penduduk di bagian hulu sungai. Kayu itu dibiarkan, konon karena belum laku terjual melalui proses lelang yang dilakukan Perhutani setempat. "Keberadaan kayu-kayu itu cukup berbahaya. Makanya, kami meminta agar Perhutani segera mengamankan kayu-kayu itu," desaknya. (gaz) Post Date : 22 Desember 2006 |