Jateng Utara Rawan Banjir

Sumber:Kompas - 27 Desember 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Semarang, Kompas - Angin musim barat yang sudah mulai bertiup dari arah barat laut Pulau Jawa sejak pertengahan Desember 2006 ini menyebabkan makin tingginya curah hujan di wilayah bagian utara Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir.

Akibatnya, potensi hujan lebat yang dapat menimbulkan bencana banjir, longsor, dan angin kencang di wilayah tersebut relatif besar.

Hal itu dikemukakan Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jateng Muhammad Yahya kepada Kompas di Semarang, Selasa (26/12). Karena itu, warga diimbau agar waspada terhadap hujan lebat, terutama di sore dan malam hari yang durasinya lebih dari satu jam. Banjir di Ungaran dan Kota Semarang, Senin, diperkirakan sebagai dampak dari fenomena angin musim barat tersebut.

Udara bertekanan rendah di atas Laut Jawa menyebabkan pola siklonal di kawasan tersebut sehingga menimbulkan putaran angin yang berpengaruh terhadap pembentukan awan di Jateng bagian utara. Di samping itu, pola siklonal itu juga menyebabkan gelombang laut hingga setinggi dua meter di laut Jawa. "Nelayan harus hati-hati karena sekarang gelombang laut Jawa di atas normal," katanya.

Menurut Yahya, konvergensi pusaran angin di atas Laut Jawa pada umumnya mulai terjadi sekitar pukul 13.00. Konvergensi itu membentuk awan yang makin aktif pada pukul 14.00 sampai 15.00. Tak heran apabila dalam beberapa hari terakhir hujan deras di wilayah Jateng bagian utara terjadi pada sore hingga malam hari. "Masyarakat harus waspada terhadap hujan lama pada sore dan malam hari. Pada masa itu biasanya hujan sulit diantisipasi karena pembentukan awan nimbo stratus pembawa hujan tak terlihat," ujarnya.

Awan nimbo stratus mudah dikenali dengan warnanya yang hitam, rendah, dan bagian bawah terlihat kasar. Belakangan ini awan tersebut sering muncul dan menimbulkan hujan deras dalam waktu lama. Selain nimbo stratus, di Jateng utara sering pula muncul awan cumulo nimbus yang seringkali menimbulkan angin puting beliung. Salah satu contohnya terjadi di Boyolali beberapa hari lalu.

"Jateng bagian tengah saat ini rawan terhadap angin puting beliung. Ini sebagai dampak aktivitas angin di Laut Jawa yang cenderung basah dan bergerak ke tengah, khususnya pegunungan, yang kemudian membentuk awan sangat cepat dan menyebar dari utara ke tengah," papar Yahya.

Dari catatan BMG Jateng, curah hujan di wilayah Gunungpati pada Senin kemarin yang paling tinggi, yaitu mencapai 133 milimeter per jam. Kalau curah hujan sampai 179 milimeter, maka akan menyamai peristiwa banjir bandang di Semarang tahun 1990 silam. (HAN)



Post Date : 27 Desember 2006