Jateng dan Jatim Krisis Air Bersih

Sumber:Suara Pembaruan - 11 Juni 2008
Kategori:Air Minum

[SURABAYA] Warga di sejumlah desa di wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Kediri, Jawa Timur, Kabupaten Pekalongan dan Batang, Jawa Tengah (Jateng) mulai kekurangan air bersih. Di Bojonegoro, 19 desa di delapan kecamatan, minta pasokan air bersih. Di Pekalongan, 79 desa yang tersebar di 14 kecamatan, mulai kesulitan air.

Mahmudi (40), wara Desa Luragung, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, Rabu (11/6) pagi mengatakan, warga di desanya kini harus mencari air bersih dengan menempuh jarak cukup jauh, karena sumber air sudah mengering.

Yang menjadi persoalan, kini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pekalongan tidak mampu lagi membiayai pengiriman air bersih untuk warganya. Pemkab minta bantuan 1.821 tangki air bersih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng

Kepala Kantor Kesbanglinmas Kabupaten Pekalongan, Agus Arifin mengatakan, ke 79 desa tadi tersebar di Kecamatan Sragi, Siwalan, Bojong, Kandangserang, Wonokerto, Paninggaran, Kesesi, Doro, Lebakbarang, Wiradesa, Kajen, Pertungkriyo, dan Talun.

Mereka yang menderita kekurangan air bersih saat ini sudah mencapai 64.099 keluarga yang terdiri dari 246.368 jiwa. "Kami berharap, dana bantuan air bersih dari gubernur segera turun," katanya.

Kecamatan yang paling rawan adalah Kesesi yang saat ini sudah 11 desa yang kekeringan, dan warga keklurangan air bersih.

Sementara itu, kekeringan serupa juga terjadi di Kabupaten Batang yang terletak di sebelah timur Pekalongan. Di Batang, kekeringan mengancam ribuan hektare (ha) sawah petani. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan tanaman padi mereka, antara lain dengan menggunakan pompa air dan sumur pantek (bor tradisional).

Terakhir penggunaan sumur pantek ini semakin banyak dilakukan petani, karena air irigasi dan sungai sudah tidak bisa disedot lagi akibat kekeringan.

Untuk pembuatan sumur pantek ini, dibutuhkan biaya sampai Rp 500.000 untuk sawah seluas 0,5 ha. Sehingga untuk satu ha sawah dibutuhkan dua sumur pantek.

Sementara itu, desa-desa yang krisis air bersih di Kabupaten Bojonegoro, akan semakin bertambah, karena setiap hari ada desa lain yang mengajukan permintaan agar dipasok air bersih. Sekarang pemkab setempat rata-rata memasok enam truk ke desa yang mengalami krisis air bersih. Satu tangki berisi 5.000 liter air.

"Beginilah Bojonegoro, ketika musim penghujan banjir, tetapi saat kemarau kekurangan air," kata Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Bojonegoro, Haryono.

Daerah yang mulai dilanda kekeringan meliputi Desa Ngrorogunung dan Clebung, Kecamatan Bubulan, Desa Bakulan dan Kedungrejo (Kedungadem), Desa Jumok, Nganti, Kalisumber (Ngraho), Desa Sengon dan Nglampin (Ngambon). Desa Jatimulyo (Kasiman), Desa Kalisumber (Tambakrejo), dan enam desa di Kecamatan Kepohbaru.

Sementara itu, krisis air bersih juga melanda sepuluh desa di empat kecamatan Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Krisis air bersih di wilayah kabupaten ini terjadi terutama di daerah perbukitan serta lokasi yang kondisi tanahnya tidak bisa menyimpan air.

Selain mendapat pasokan air dari Pemkab setempat, warga masih mengambil air sampai sejauh satu kilometer menggunakan timba dan membawa pulang ke rumah dengan cara dipikul.

Beberapa lokasi yang rawan air bersih, antara lain Desa Bulusari (Kecamatan Tarokan), Desa Ponggok (Mojo), Desa Babatan, Ngancar, dan Sempu (Ngancar).

Kepala Bagian Humas Pemkab Kediri, Sigit Rahardjo mengatakan, di beberapa lokasi yang menjadi langganan kekeringan telah dibangun tandon besar untuk menampung air bersih. Air dalam tandon disiapkan pemkab setempat.

Kepada camat dan kepala desa diharapkan segera melaporkan jika di daerahnya dilanda krisis air bersih. Laporan dari camat dan kepala desa tersebut dijadikan acuan untuk pengiriman air bersih. [WMO/080/143]



Post Date : 11 Juni 2008