|
Kupang, Kompas - Bencana banjir di Nusa Tenggara Timur sejak Januari hingga 23 Februari menelan 11 korban meninggal. Banjir juga merendam 678 rumah serta menggenangi 1.148 hektar (ha) sawah dan kebun petani. Korban meninggal terdapat di Kota Kupang (3), Nagekeo (2), Sumba Timur (2), serta masing-masing satu di Kabupaten Ende, Sikka, Flores Timur, dan Rote Ndao. Kepala Biro Bina Sosial Setda Nusa Tenggara Timur (NTT) Sentianus Medi kepada pers di Kupang, Sabtu (23/2), mengatakan, selain hujan lebat berbuntut banjir, wilayah NTT juga dilanda tanah longsor, angin kencang, dan gelombang tinggi. Banjir merusak lebih dari 100 kilometer (km) jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten, menghanyutkan 265 ekor ternak, merusak 475 meter saluran irigasi, 3,5 kilometer daerah aliran sungai, tiga embung, serta menghancurkan lima perahu nelayan. Jumlah kerugian Rp 14 miliar. Sebanyak 2.534 kepala keluarga atau 4.324 jiwa terkena dampak bencana. Mereka kehilangan tempat tinggal, gagal panen, cedera, kehilangan harta benda. Untuk itu, pemda setempat telah mendirikan posko bencana dan menyalurkan bantuan. Tewas terseret arus Di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, seorang ibu tiga anak, Ny Sutinah (35), warga Dusun Sugihwaras, Desa Wonororejo, Kecamatan Gondangrejo, Jumat (22/2), terseret arus sungai. Korban ditemukan meninggal pada Minggu petang. Menurut anggota SAR dari Universitas Sebelas Maret, Imam Kurnia, yang membantu pencarian Sutinah, Jumat pukul 16.00 korban ke sawah yang berada di seberang sungai kecil di Dusun Sugihwaras. Saat hendak menyeberang, ternyata arus sungai deras sehingga korban terseret. Cangkul, caping, dan selendang korban tertinggal di tepi sungai selebar tiga meter itu. Kepala desa setempat kemudian meminta bantuan SAR Karanganyar, SAR Sukoharjo, dan SAR UNS untuk mencari korban. Pencarian dilakukan sejak Sabtu siang. Korban ditemukan sekitar lima kilometer dari tempat kejadian, di aliran sungai yang melintasi Lemah Abang, Kadipiro, Banjarsari, Solo. (KOR/SON) Post Date : 25 Februari 2008 |