|
GRESIK - Hujan deras di musim kemarau kemarin mengakibatkan banjir di kota dan desa-desa di Gresik. Di kawasan kota, air menggenangi pusat perdagangan Jl H Samanhudi dan Jl Sindojoyo. Perekonomian di jantung Kota Pudak "lumpuh" selama enam jam. Toko-toko di depan Pasar Gresik dan sepanjang Jl H Samanhudi memilih tutup. Dalam pantauan koran ini, di kawasan tersebut ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Genangan air juga terjadi di sepanjang Jl Tri Dharma masuk kawasan industri PT Petrokimia Gresik. Begitu pula di Jl Arif Rahman Hakim, Jl J.A. Suprapto, dan Jl Akim Kayat. Di wilayah itu, tampak genangan air setinggi 30 sentimeter. Walhasil, jalan-jalan tersebut ditutup selama dua jam. Di luar kota, banjir menenggelamkan lima desa. Yakni, Mungungianti, Kedungrukem, Deliksumber, dan Sedapurklagen, semua di Kecamatan Benjeng; serta Dusun Singorejo, Desa Dahanrejo, Kecamatan Cerme. Banjir seperti itu langganan setiap tahun. Namun, hingga sekarang tak kunjung ada penyelesaian. Air yang menggenangi empat desa di Kec Benjeng, misalnya, terjadi akibat luapan Kali Lamong. "Selasa malam, air mulai menggenangi areal persawahan milik warga. Dan tadi pagi (kemarin) semakin membesar hingga ke jalan raya," ujar Lelono, seorang warga desa setempat. Hingga kemarin belum diketahui kerugian yang dialami warga di empat desa tersebut. Camat Benjeng Kuwadidjo ketika hendak dikonfirmasi tidak berada di kantornya. Di Sidoarjo, banjir meluas sampai ke Kecamatan Tanggulangin. Dua desa di kecamatan itu, yakni Desa Kedungbendo dan Desa Kalitengah, terendam. Air yang mencapai 20 sentimeter itu hingga kemarin masih menggenangi seluruh blok L dan sebagian blok D Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (TAS), Desa Kedungbendo. Juga di blok AI-blok AK Perumahan Puri Kalitengah, Desa Kalitengah. "Ini akibat hujan kemarin malam (Selasa dini hari, Red) Mas. Kemarin pagi sempat surut sedikit, tapi tadi pagi (kemarin, Red) tiba-tiba banjir lagi," kata Farida, warga blok L15 Perumahan TAS. Seiring datangnya banjir, warga di seluruh blok L perumahan TAS pun mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih. Sebab, air banjir tersebut merembes ke sumur-sumur yang menjadi sumber air bersih satu-satunya di rumah mereka. "Air sumur jadi kotor, nggak bisa dipakai mandi. Sebab kalau kena kulit, jadi gatal-gatal. Anak saya, umur 15 bulan, yang baru saja sembuh dari wabah diare, sudah gatal-gatal karena kulitnya kena air sumur," ujar Takim, warga blok L8 Perumahan TAS. Guna memenuhi kebutuhan air bersih, warga perumahan harus menganggarkan pengeluaran ekstra untuk membeli air bersih. Per jeriken Rp 800. (yad/sat) Post Date : 23 Juni 2005 |