SURABAYA - SURYA-Warga Surabaya untuk sementara waktu diimbau tidak mengonsumsi langsung air PDAM. Pasalnya, air yang dialirkan ke rumah-rumah penduduk itu beracun. Kepala PDAM Surabaya M Selim, Selasa (28/10), mengatakan, racun muncul karena banyak ikan di sungai yang mati gara-gara kekurangan oksigen. Mengapa kadar O2 di sungai berkurang? Karena jumlah materi organik sintetis di sungai bertambah, menyusul hujan deras dalam beberapa hari terakhir. Selim menyesalkan lambatnya peringatan dari pihak Jasa Tirta kepada PDAM. “Kalau ada peringatan mengenai kondisi air, tentu kami bisa menangani hal ini lebih awal,” ungkapnya. Humas PDAM Sunarno menambahkan, pihaknya meminta maaf kepada para pelanggan. Saat ini, katanya, instansinya tengah mengadakan perbaikan. Diperkirakan, hari ini kondisi air berangsur normal. “Meski demikian, kalau ada pelanggan yang masih teraliri air keruh, harap sms ke 08123116666. Petugas kami bisa langsung mendatangi,” ujar Sunarno. Sementara itu, Ecoton, LSM pemerhati Kali Surabaya, menemukan adanya industri yang membuang limbah beracun di sungai. Padahal, sungai ini menjadi pemasok utama air PDAM. Pencemaran industri ini ditemukan Ecoton pada 17 September 2008. Awalnya, para aktivis memergoki perubahan warna air sungai, dari merah menjadi cokelat berbau menyengat. Ecoton menduga sebuah industri sabun di desa Driyorejo, Gresik, telah membuang limbah ke Kali Tengah, sungai yang menjadi hulu Kali Surabaya. Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi telah mengambil contoh air limbah perusahaan ke Kali Tengah. Sampel ini telah dikirim ke laboratorium kualitas air Perum Jasa Tirta. Hasil pemeriksaan laboratorium menyebutkan, kadar pencemaran di Kali Tengah sangat parah. Ada sejumlah indikator yang menunjukkan betapa air sungai yang jadi bahan baku PDAM itu tak laik konsumsi. Temuan Ecoton ini antara lain, kadar P204 alias orthophospat sebesar 1.671-2.472 mg/l, padahal standarnya 30 mg/l. Itu belum termasuk kadar deterjen yang mencapai 216,900 - 427,000 mg/l, padahal standarnya cuma 30 mg/l. “Dari angka-angka itu, orang awam pasti bisa menilai bahwa sungai utama warga Surabaya ini telah tercemar hebat,” kata Prigi, Senin (27/10). Laporan hasil uji lab itu baru saja diterima Prigi, pekan lalu. Kemarin, Ecoton melaporkan dugaan pencemaran sungai ini ke Polwiltabes Surabaya. “Setelah ini, kami memohon bapak kapolwiltabes menyidik dan menindak industri pencemar,” pinta Prigi. Langkah tegas polisi, menurut Prigi, sangat dibutuhkan demi menyelamatkan ribuan pelanggan PDAM dari kerusakan mental akibat pencemaran air. Menurut Prigi, dampak pencemaran itu sebenarnya sudah terlihat di areal pertanian di kawasan di Driyorejo yang menggunakan air Kali Tengah. Air bercampur limbah pabrik itu ternyata telah menurunkan kualitas padi yang dipanen. Hasil panen tidak maksimal karena, baik tingkat keasaman air (ph) maupun TDS (total dissolved solid/ jumlah zat terlarut dalam air), meningkat. Uca
Post Date : 29 Oktober 2008
|