|
MUARAENIM– Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Muaraenim meminta warga tidak mengonsumsi dan memasak air Sungai Lematang. Pasalnya, mutu air sungai yang melintasi Pagaralam hingga Muaraenim ini tengah buruk. Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pemeliharaan Lingkungan BLH Muaraenim Eddy Irson mengatakan, saat ini air Lematang sudah cokelat pekat dan dipenuhi sampah. Dikhawatirkan kondisi air mengandung bibit penyakit dan zat berbahaya lain. “Kami harap tidak menggunakan air sungai untuk minum dan memasak. Sebab, kami belum bisa menjamin air sungai ini benar-benar aman dikonsumsi. Kalau untuk mencuci dan mandi saja masih boleh,” kata dia. Eddy mengungkapkan,dari pengujian baku mutu air Sungai Lematang pada akhir November ini,total suspended solid (TSS) atau tingkat kekeruhan air sungai menurun tajam dari batas normal, yakni antara 104–200 mg/liter dari yang seharusnya 50 mg/liter. Analisis ini dilakukan pada tiga titik, yakni intake PDAM Jembatan Enim II,Hulu PLTU, dan Hilir PLTU. “Besaran angka baku mutu ini tergantung titik-titiknya. Umumnya uji baku mutu akan menunjukkan hasil yang lebih baik di bagian hulu sungai. Sebaliknya, untuk hilir kualitas air cenderung lebih buruk,”papar Eddy. Kadar minyak dan lemak berada pada kisaran 0,008–1,900 mg/liter dari batas normal 1. besi berada pada angka 0,380 dari ambang batas 0,3. Sedangkan, amonia, mangan dan lain-lain masih tergolong aman. “Untuk kadar minyak dan lemak justru akan mengalami penurunan saat debit air meningkat. Sebaliknya, pada musim kemarau kandungan ini akan jauh lebih tinggi,” kata Eddy. Menurut Eddy, Sungai Lematang mengalir dalam batas lintas Kabupaten. Sehingga, pengelolaannya berada pada pihak provinsi. Sebelumnya, berdasarkan SK Gubernur Sumatera Selatan 16/2005 Sungai Lematang berada pada kelas I. Namun,di lapangan kondisi ini dapat saja mengalami perubahan sewaktu-waktu. “Kalau saat ini, mungkin kondisi air sungai Lematang sedang turun tajam. Diperkirakan berada di antara kelas II dan III,”ucap dia. Warga di sekitar bantaran sungai Lematang Awaludin mengatakan, sejak diguyur hujan malam sebelumnya, debit air sungai Lematang menjadi pasang.Akibatnya, arus sungai ikut membawa tumpukan sampah dan limbah dari hulu ke hilir.Takhanya itu,warna air juga menjadi sangat keruh dan lengket. Padahal, air sungai tersebut masih banyak di gunakan warga sekitar untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Utamanya mandi dan mencuci. “Kalau air sungai pasang begini, tentunya banyak juga warga yang susah.Sebab,kalau seperti keluarga saya masih mengandalkan air sungai untuk mandi dan mencuci,”ujar Awaludin di Muaraenim ke-marin. Senada, warga lainnya, Rohana, menuturkan, kendati sudah terbiasa dengan kondisi air pasang semacam ini,diatetap merasa kesulitan, terlebih bila air ikut keruh. Sebab, pakaian yang dia cuci di sungai biasanya akan terlihat lebih kusam.Selain itu, setiap selesai mandi badan juga terasa lebih lengket.Belum lagi, sampah yang ikut arus sangat banyak sehingga sungai terlihat sangat kotor. “Kalau minum, memang saya tidak pakai air sungai,tapi pakai air sumur atau isi ulang. Tapi kalau mencuci dan mandi biasanya di sungai.Tapi kalau sekarang kondisi air sedang tidak bagus, sampah menumpuk dan airnya juga lengket,” papar Rohana. febria astuti Post Date : 02 Desember 2011 |