Jalur Pantura Ditutup

Sumber:Kompas - 18 Februari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Pati, Kompas - Kepolisian Daerah Jawa Tengah hari Minggu (17/2) menutup sementara arus lalu lintas di jalur jalan pantai utara Jawa di ruas antara Semarang dan Rembang. Penutupan dilakukan agar mempermudah pengaturan arus lalu lintas akibat kemacetan yang terjadi di ruas kota Pati-Juwana sejak beberapa hari lalu.

”Kami menutup jalur pantura Semarang-Rembang mulai hari ini hingga banjir surut dan jalan diperbaiki,” kata Wakil Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah (Polda) Jateng Ajun Komisaris Besar Basarudin saat di lokasi kemacetan, Minggu siang.

Ia menyebutkan, truk bermuatan berat dan bus antarkota antarprovinsi dari arah Semarang dialihkan melalui jalur selatan melewati Solo, Sragen, Ngawi, dan Surabaya. Begitu pula sebaliknya.

Kendaraan pribadi, bus kecil, dan truk bermuatan ringan dapat melalui jalur Semarang, Demak, Pati, lalu melalui jalur alternatif Kecamatan Wedarijaksa, Juwana, Rembang, dan Surabaya. Kendaraan-kendaraan itu pun dapat melewati jalur Semarang, Demak, Pati, Purwodadi, Blora, Rembang, Surabaya, dan jalur Semarang, Demak, Pati, Purwodadi, Blora, Bojonegoro, dan Surabaya.

Sehari sebelumnya, Sabtu, kemacetan sepanjang 34 kilometer terjadi mulai Desa Bareng, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, lalu Kabupaten Pati, sampai Desa Tambakagung, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang (Kompas, 17/2).

Hari Minggu, sopir truk yang telanjur ada di ruas Pati-Juwana tak berani melintasi jalan berlubang yang tertutup genangan.

Jalur pantura Jawa di ruas Semarang-Demak yang sejak kemarin ditutup juga dalam kondisi rusak di banyak lokasi. Parahnya, kerusakan di ruas itu selain membahayakan pengguna jalan juga membuat biaya operasional perawatan kendaraan membengkak. Ban-ban kendaraan menjadi sering bocor atau pecah. Kerusakan yang sama terjadi di banyak lokasi jalur pantura di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Cepat rusak

Sehubungan dengan kerusakan di jalur pantura Jawa, Ketua Komisi V DPR Ahmad Muqowam menyesalkannya. Ia meminta pemerintah menyelesaikan kerusakan secara komprehensif. ”Lebaran lalu kondisi jalan masih bagus sekali. Sekarang baru empat bulan sudah rusak lagi. Sebagian memang karena faktor alam karena hujan,” ujar Muqowam di Solo, Sabtu.

Purnomo, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Pantura Wilayah IV, menyebutkan, jalur pantura rusak sebelum waktunya. Persoalan utama selain cuaca dan banjir adalah jumlah muatan yang melebihi perhitungan semula. Jalur pantura dibangun dengan perhitungan 100 juta equivalent single axle load, artinya jalan tersebut bisa bertahan hingga 10 tahun dilewati kendaraan dengan beban muatan terberat 10 ton.

Akan tetapi, beban yang lewat lebih besar sehingga perhitungannya menjadi 600 juta equivalent single axle load dan menyebabkan umur jalan lebih pendek. Jalur pantura yang baru selesai diperbaiki 2004 kini sudah rusak lagi.

Untuk menghindari kerusakan jalan yang lebih parah, Departemen Perhubungan telah memerintahkan dinas perhubungan di daerah yang mengelola jembatan timbang untuk mengurangi toleransi kelebihan tonase.

”Kami memulai program untuk menurunkan angka toleransi. Jadi, kami turunkan 50 persen, 40 persen, 30 persen, hingga akhirnya tinggal 5 persen,” kata Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal di Solo, Sabtu.

Penurunan angka toleransi akan dilakukan secara bertahap, untuk menghindari penambahan jumlah armada truk. Program ini akan dilakukan tiap tiga bulan. ”Setiap tiga bulan kami turunkan angka toleransinya, sampai nanti tinggal 5 persen,” katanya.

Selain pantura Jawa, jalan nasional rusak parah juga terjadi di jalan lintas timur (jalintim) Sumatera di Provinsi Lampung. (hen/gal/A03/A05/A08/eki/ NIT/MKN/INK/HLN)



Post Date : 18 Februari 2008