|
CIREBON (Media): Sekitar 5.000 rumah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam banjir setinggi 0,5 hingga 1 meter sejak Jumat (18/10) malam. Banjir juga mengakibatkan jalur pantura dari arah Cirebon ke Jakarta ditutup karena tergenang. Banjir yang menggenangi empat desa di Kecamatan Gunungjati terjadi setelah wilayah tersebut diguyur hujan deras selama dua hari berturut-turut. Kondisi itu diperparah oleh jebolnya tanggul Sungai Bondet di Desa Grogol dan luapan Sungai Condong, sehingga air sungai mengalir ke permukiman dan jalur utama pantura. Jalur pantura yang terendam banjir sepanjang 1 kilometer (km) berada di ruas Desa Wanakaya dengan ketinggian air di badan jalan sekitar 30 cm. Karena itu, kendaraan dari arah Cirebon menuju Jakarta dialihkan ke jalur di sebelahnya yang banjirnya tidak terlalu tinggi dan biasa digunakan untuk kendaraan dari Jakarta ke Cirebon. Penggunaan jalan oleh kendaraan dari dua arah mengakibatkan lalu lintas pada pagi hari sempat macet. Panjang antrean kendaraan menjelang lokasi banjir mencapai sekitar 1 km. Tetapi, setelah polisi turun tangan mengatur lalu lintas, sekitar pukul 09.00 WIB kemacetan mulai teratasi. Tetapi hingga berita ini diturunkan, banjir belum surut. Empat desa yang terendam banjir yaitu Desa Wanakaya, Astana, Grogol, dan Desa Kalisapu. Tetapi yang paling parah terkena banjir adalah Desa Wanakaya, dengan ketinggian air rata-rata 1 meter. ''Wanakaya paling parah terendam banjir karena posisinya diapit Sungai Bondet dan Condong,'' tutur Sukadi, warga Blok Sembung, Desa Wanakaya. Menurutnya, banjir mulai merendam rumah warga pada Jumat malam sekitar pukul 21.00. Sekitar pukul 22.00 air semakin tinggi, sehingga warga segera mengungsi sambil menyelamatkan harta benda masing-masing ke tempat yang lebih aman. Warga mengungsi Kepala Desa Wanakaya Abdul Majid menyebutkan sedikitnya 1.400 keluarga kini terpaksa mengungsi. Sebagian di antaranya menempati empat tenda yang telah disiapkan, sebagian lagi mengungsi ke rumah famili mereka. Banjir kali ini, paling parah jika dibandingkan dengan peristiwa serupa tahun-tahun sebelumnya. Banjir besar terakhir kali terjadi pada 1982, namun ketika itu tidak sampai menggenangi jalan raya. ''Desa kami memang langganan banjir, tetapi kali ini sangat terparah,'' tuturnya. Sementara itu, Komandan Stasiun Angkatan Laut Cirebon Letkol Denih Hendrata mengatakan pada pukul 03.00 pihaknya mulai menurunkan bantuan berupa tiga perahu karet untuk mengevakuasi warga yang terjebak banjir. Selain di tempatkan di tenda pengungsian dan rumah famili mereka yang tidak terkena banjir, warga juga diungsikan ke beberapa masjid. Bupati Cirebon Dedi Supardi saat meninjau lokasi bencana mengatakan selain menggenangi 5.000 rumah penduduk, banjir juga merendam sekitar 450 hektare tanaman padi yang berumur antara satu hingga dua minggu. Untuk membantu korban banjir, Pemerintah Kabupaten Cirebon mendirikan empat dapur umum di empat desa yang dilanda banjir, mendistribusikan tiga kuintal beras ke dapur umum tersebut, serta menyediakan 15 posko kesehatan dan empat unit ambulans. ''Sedikitnya 100 personel dari Dinas Kesehatan disiagakan untuk membantu korban banjir,'' tuturnya. Dari Kendal, Jawa Tengah, dilaporkan, derasnya gerusan air sungai dan banjir di wilayah itu beberapa waktu lalu mengakibatkan 15 titik pada tanggul lima sungai terancam jebol. Selain itu, talud sungai juga longsor, sehingga jalan dan dua jembatan di wilayah itu ambles sedalam 0,5 meter. Lima sungai yang kondisi beberapa bagian tanggulnya kritis adalah Sungai Kuto, Bulanan, Blukar, Bodri, dan Sungai Buntu. (UL/AS/N-1) Post Date : 20 Januari 2008 |