|
Palembang, Kompas - Banjir yang menggenangi jalan raya lintas timur Sumatera dekat Sungai Mesuji di perbatasan Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan hingga Senin (17/1) masih menghambat arus kendaraan. Truk-truk besar dan bus antarkota antarprovinsi antre sepanjang lima kilometer. Beberapa sopir yang ditemui mengaku antre belasan jam hingga sehari penuh di lokasi banjir jalan lintas timur (jalintim). Sebagian masyarakat memilih jalan kaki dan menyeberangi genangan air dengan perahu. Beberapa penumpang bus turun dan menunggu di jalan yang tidak terendam. Sutar (30), sopir truk yang membawa bahan makanan dari Medan ke Semarang, mengaku antre sejak Minggu malam. "Saya antre sejak tadi malam dan terus menunggu untuk mendapat giliran menyeberangi jalan yang terendam," katanya. Ada lima truk yang mogok karena mesinnya terendam air. Truk-truk itu parkir di sekitar jembatan, menunggu montir yang akan datang memperbaiki kerusakan. "Truk saya mogok sejak Minggu siang. Saya berjaga di sini sampai ada bantuan," tutur Manulong (28), sopir truk yang membawa barang dari Jakarta ke Palembang. Genangan air di jalintim itu Senin kemarin mulai surut. Air deras yang sehari sebelumnya mencapai ketinggian satu meter tinggal sekitar 70 sentimeter. Surutnya genangan air itu yang menyebabkan lalu lintas yang terhenti bergerak perlahan-lahan menyeberangi genangan. Arus lalu lintas melalui jalintim juga terhambat di Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, tepatnya di di Desa Tebing Suluh dan Bumi Arjo. Genangan air di lokasi itu sekitar 30 sentimeter atau selutut orang dewasa. Sejumlah kendaraan bisa melewati ruas jalan itu meski tersendat-sendat karena permukaan jalan berlubang dan arus air masih deras. Jalinbar rawan longsor Ruas jalan lintas barat (jalinbar) Sumatera, antara Bukit Kemuning dan Liwa, Kabupaten Lampung Barat, juga rawan longsor. Pantauan Kompas, Senin, menunjukkan sedikitnya ada tujuh titik longsor di Kilometer 164. Jalan yang melintasi Desa Dwikora, Lampung Barat, itu berlumpur gara-gara tebing di kiri dan kanan jalan longsor. Warga memperkirakan jika hujan deras turun lagi, tebing setinggi lima hingga enam meter itu akan longsor lagi. Nyaris tebing itu tak berpohon, hanya ditumbuhi semak-semak. "Tak ada yang menahan tanah. Akibatnya tebing itu mudah longsor," tuturnya. Hujan juga menggerus tebing di Kilometer 166. Tebing di sisi kiri jalan longsor sedalam lebih dari 30 meter. Longsoran tebing itu mengancam jalan di tepi tebing. Jarak tebing dengan jalinbar itu kurang dari satu meter. "Pagi tadi tanah ini masih sejajar dengan jalan, tapi sore ini turun tiga meter. Kalau nanti malam hujan deras, dikhawatirkan jalan ini longsor," tutur Dar, warga Desa Dwikora. Meski sekarang jalur itu masih dapat dilintasi kendaraan, di pertigaan Bukit Kemuning menuju Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan, dan Bukit Kemuning ke Bengkulu, diberi peringatan bahwa jalur menuju Liwa rawan bahaya longsor. Jalinteng belum diperbaiki Meski hampir seminggu, ruas jalan lintas tengah (jalinteng) Sumatera yang longsor sedalam lima meter di Kabupaten Muara Enim hingga kemarin belum diperbaiki. Akibatnya, pengguna kendaraan khawatir longsor meluas dan membahayakan. Kepala Perusahaan Otobus Lorena, Junaidi, di Palembang hari Senin mengatakan, pengemudi bus antarkota antarprovinsi yang melalui jalinteng waswas karena kondisi jalan yang longsor dibiarkan tanpa perbaikan. Sejak jalintim tergenang, bus antarkota dari Palembang ke Jakarta mengalihkan rute perjalanan melewati Prabumulih, Muara Enim, Tanjung Enim, Baturaja, Sumatera Selatan, melalui Kotabumi, Lampung. Ruas jalan yang longsor berada di dalam kota Muara Enim. Lokasi longsor sekitar 100 meter dari Jembatan Sungai Enim II. Tanah yang menopang jalan aspal tersebut Rabu pekan lalu longsor sedalam lima meter sehingga meninggalkan lubang menganga. Lebar jalan sekitar empat meter sehingga satu jalur dari Muara Enim yang bisa dilewati (Kompas, 15/1). Akibat jalinteng longsor, kendaraan antre untuk bisa lewat. Kendaraan seperti bus antarkota dan truk fuso terpaksa melewati bahu jalan di sisi jalan lainnya agar bisa melewati bagian jalan yang longsor. Tanaman padi membusuk Memasuki minggu kedua banjir, Senin kemarin sebagian dari 10.399 hektar tanaman padi yang terendam di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, mulai membusuk. Batang-batang padi muda berumur satu hingga dua bulan membusuk dan berwarna kehitaman. Petugas penyuluh lapangan Kecamatan Lempuing, Aat Hadiat, memperkirakan setidaknya 16 persen atau 1.751 hektar tanaman padi muda di Lempuing membusuk. Hingga Senin siang, ratusan rumah di Kelurahan Kotabumi Udik dan Kelurahan Kotabumi Pasar, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung, masih terendam banjir. Menurut pegawai Pemerintah Kabupaten Lampung Utara, Murni Rizal, banjir di Kotabumi disebabkan Sungai Way Rarem meluap. Belum pengaruhi produksi Di Jakarta, Direktur Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Jafar Hafsah kemarin mengatakan dampak banjir di Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat belum mengganggu produksi beras nasional. Departemen Pertanian menyiapkan bantuan benih dan pupuk untuk petani yang terkena banjir. Dari pendataan Departemen Pertanian, bulan Januari sawah yang terkena banjir 27.381 hektar. Dari luas itu 2.551 hektar mengalami puso. Dalam bulan Januari daerah yang terkena hanya Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat. Mengungsi Sementara itu, hujan yang masih mengguyur hulu Sungai Tamiang menyebabkan sejumlah kawasan di Kabupaten Aceh Tamiang, Senin, kembali direndam banjir. Meski belum mengganggu jalur Medan-Banda Aceh, kedalaman air yang melebihi setengah meter di permukiman memaksa 3.450 keluarga dari 46 desa di lima kecamatan mengungsi. Banjir terparah menimpa 27 desa di Kecamatan Kejuruan Muda dan tiga desa di Tamiang Hulu. Jalur transportasi darat yang sempat normal dua hari lalu kembali terputus. Terputusnya jalur transportasi itu menggagalkan pengiriman bantuan dari ibu kota Aceh Tamiang, Karang Baru, untuk masyarakat di pedalaman. (iam/jos/dot/ham/mar) Post Date : 18 Januari 2005 |