|
BANDUNG, (PR).Para pengemudi truk sampah mengeluhkan kondisi jalan Desa Sarimukti yang rusak parah. Mereka berharap, jalan sepanjang 6 km menuju TPA Gedig segera diperbaiki. Apalagi, musim hujan diperkirakan turun pada pertengahan Oktober mendatang. Saat ini, jalan sepanjang 6 km itu dipenuhi tanah longsoran dari sisi bukit. Lubang-lubang dalam dan bebatuan berserakan di jalan masuk ke TPA Sarimukti. Di beberapa tempat, bahkan dipasang tanda peringatan daerah rawan longsor. Warga setempat memberi izin akses ke TPA itu dengan syarat jalan diperbaiki dan sampah diolah. Namun, sejak digunakan Juni lalu, kondisi jalan tetap dibiarkan rusak. Yuswanto (38), seorang pengemudi truk sampah dari Kota Bandung menuturkan, pada musim hujan nanti perjalanan menuju TPA Gedig dipastikan terhambat. Minimal setengah jam, katanya ketika ditemui di TPA Gedig Sarimukti, Kamis (28/9). Khawatir longsor Namun, Yuswanto tetap menyimpan kekhawatiran karena tebing di sepanjang jalan itu berpotensi longsor. Ia melihat, kontur tanah di sana sangat labil. Kalau sudah longsor, kami enggak bisa apa-apa lagi. Persoalan lain, kata Yuswanto, adalah kesulitan melakukan manuver saat membuang sampah ke TPA Gedig. Soalnya, landasan TPA masih berupa tanah. Bayangkan saja, kalau musim hujan tiba, pasti becek. Lain halnya kalau landasan dibuat dari semen, ujarnya. Ia menambahkan, dengan kondisi medan yang demikian, mobil harus benar-benar sehat. Namun, mobil-mobil pengangkut sampah yang dimiliki PD Kebersihan Kota Bandung, rata-rata berusia tua. Belum lagi jika dikaitkan dengan jauhnya jarak tempuh dari Kota Bandung menuju TPA tersebut. Satu rit saja, kami harus menempuh perjalanan sepanjang 160 km, ujar Yuswanto. Sedangkan Ujang (45) mengatakan, ia harus sering-sering ke bengkel untuk menyetel kaki-kaki truk yang dikemudikannya. Saminggu sa kali mah aya. Margi jalanna reksak, janten kedah distel wae, katanya. Memakan waktu Truk yang mengangkut sampah masuk melalui Jln. Rajamandala dan keluar lewat Cipeundeuy. Hal tersebut, tentu menambah jarak tempuh mereka dan memakan waktu lebih lama. Namun, perlakuan tersebut tidak dialami Ujang yang mengemudikan truk jenis Toyota bayawak. Mobil abdi mah tos butut, janten kenging ngalangkung ka Rajamandala deui, ujarnya. Dengan demikian, Ujang hanya mengeluarkan bahan bakar solar sebanyak 25 liter untuk satu rit. Sementara truk yang harus keluar kewat Cipeundeuy menghabiskan bahan bakar sebanyak 40 liter. Ujang pun mempertanyakan, kapan pemerintah akan memperbaiki jalan masuk TPA Sarimukti. Saurna, ti mimiti ka dieu oge bade diaspal. Tapi, bade iraha atuh diomeanana? katanya. (A-125/A-158) Post Date : 29 September 2006 |