|
SITUBONDO (Media): Jalan pantai utara (pantura) Desa Pecaron, Kecamatan Kendit, Situbondo, Jawa Timur, tertutup tanah dan batu akibat derasnya hujan yang mengguyur kawasan tersebut sejak Sabtu (14/2) malam. Berbagai jenis kendaraan yang melintasi kawasan tersebut terjebak macet, antrean panjang mencapai sekitar tiga kilometer. Kendaraan yang lewat harus melintas dari satu arah secara bergantian karena tingginya endapan lumpur dan timbunan batu di badan jalan tersebut. Keterangan yang diperoleh Media di lapangan menyebutkan hujan deras mengguyur kawasan tersebut sejak Sabtu. Akibatnya, air yang mengalir di pinggir jalan raya kembali meluap dan memenuhi jalan yang baru dibersihkan dari endapan lumpur serta batu akibat banjir beberapa hari yang lalu. Timbunan tanah dan pasir di pinggir jalan, Sabtu pukul 22.00, terbawa air ke badan jalan. Sehingga setiap kendaraan yang melintas harus berjalan lambat agar tidak terjebak dalam lumpur. Menurut Heri Winanto, salah seorang warga Desa Pecaron, satu mobil jenis pikap terjebak dalam lumpur. "Beruntung aparat kepolisian sudah ada di sini. Polisi dan masyarakat membantu mendorong mobil itu keluar dari endapan lumpur," kata Heri. Menurut Heri, sejak terjadi longsor pertama pada Kamis (12/2) malam, para pengguna jalan yang lewat harus antre satu per satu dengan kecepatan rendah. Pemerintah daerah setempat, lanjutnya, telah berupaya membersihkan jalan dari lumpur dan batu dengan mendatangkan alat berat di lokasi tersebut. Lumpur dan batu yang memenuhi jalan sepanjang kurang lebih 500 meter itu diangkat ke pinggir jalan. Namun, ujar Heri, belum sempat tumpukan tanah dan batu itu dipindahkan, hujan deras kembali mengguyur wilayah tersebut. Sehingga tanah dan batu yang ada di pinggir jalan kembali terbawa air ke badan jalan. Wakil Kepala Polres Situbondo Komisaris A Cholil mengatakan pihaknya menurunkan petugas untuk membantu kelancaran arus lalu lintas akibat tanah longsor susulan di kawasan tersebut. "Alat berat sudah diturunkan untuk membersihkan badan jalan dari lumpur. Tetapi, para pengendara harus tetap berhati-hati karena lumpur di tepi jalan masih banyak," kata Cholil. Menurut dia, meski sebagian besar lumpur dan batu telah dibersihkan, para pengemudi diminta tetap berhati-hati melintasi kawasan tersebut. Cholil membenarkan akibat tumpukan lumpur dan batu di jalur pantura, sempat terjadi antrean kendaraan sepanjang hampir tiga kilometer. Bahkan, hingga kemarin, antrean kendaraan masih terjadi, baik dari arah Probolinggo maupun Banyuwangi. Banjir di Karawang Banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dilaporkan semakin meluas, menyusul curah hujan yang terus turun hingga kemarin. Bahkan semakin parah, karena banjir tidak hanya menggenangi rumah-rumah penduduk di perkotaan, tapi juga menggenangi rumah penduduk di pedesaan, termasuk areal pertanian dan empang. Menurut Ketua Badan Koordinasi Masyarakat Desa (Bakormasdes) Karawang, Tatang Supriatna, kemarin, dari hasil pemantauan di lapangan bersama Tim Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Karawang pada Sabtu (l4/2), beberapa wilayah yang cukup memprihatinkan yakni Kecamatan Cilamaya dan Tempuran. Di daerah tersebut genangan air tidak hanya memasuki rumah-rumah penduduk, tapi juga melanda areal pertanian dan empang milik penduduk. "Ikan yang ada di empang terbawa arus. Kalau sampai tiga hari air tidak surut dan hujan terus turun, tanaman padi pun akan membusuk," kata Tatang Supriatna. Dia menambahkan, dari hasil pendataan, Sabtu (l4/2), rumah penduduk yang tergenang air di pedesaan mencapai 300 unit, yaitu di Cilamaya Wetan dengan ketinggian air 1,2 meter. Tanaman padi yang terancam rusak akibat banjir seluas 4.l65 hektare meliputi Kecamatan Cilamaya dan Tempuran, dengan usia tanaman antara 7 hari-30 hari. Sedangkan empang yang dilanda banjir mencapai 2l7 hektare di Kecamatan Tempuran, Karawang. (AM/FS/N-1) Post Date : 16 Februari 2004 |