|
CIREBON, (PR).-Puluhan warga Kel. Argasunya Kec. Harjamukti Kota Cirebon memblokir jalan masuk menuju tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Argasunya Jumat (5/10). Sejumlah dum truk pengangkut sampah dilarang membuang sampah ke TPA dan dipaksa kembali ke kota. Akibatnya sekitar 800 m3 sampah yang tersebar di seluruh pojok Kota Cirebon tidak terangkut dan menumpuk begitu saja. Sementara sampah yang sudah telanjur terangkut ke truk, terpaksa diparkir di halaman kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) yang berada di tengah pemukiman warga. Menurut Juhadi (56) warga Kopiluhur Kel. Argasunya aksi nekat tersebut terpaksa dilakukan warga karena laporan soal gangguan asap dari TPA yang terbakar tidak ditanggapi. "Warga sudah melaporkan soal asap yang sangat mengganggu kesehatan ke kelurahan setempat. Namun tidak juga ada penanganan. Kami minta pemerintah segera melakukan upaya menghentikan asap yang sudah sangat menganggu warga," katanya. Selain menuntut penanganan asap, warga juga menuntut pemda untuk menurunkan tim kesehatan guna membantu warga yang terserang penyakit batuk, sesak napas, pilek dan panas sejak sepekan terakhir. Menurut Juhadi sejak sepekan terakhir, ratusan warga di lima RW di Kel. Argasunya yang berada tidak jauh dari lokasi TPA, terserang batuk dan sesak napas. Serangan batuk dan sesak napas tersebut disebabkan oleh asap putih tebal yang berasal dari terbakarnya gunungan sampah di TPA Argasunya. Kebakaran TPA, katanya, memang selalu terjadi setiap musim kemarau. Namun, kali ini yang paling parah. "Biasanya asapnya tidak separah saat ini, dan hanya beberapa hari api padam dan asap hilang," katanya. Dikatakan dia, gunungan sampah terbakar pada Minggu (30/9) malam lalu. Sebelum terbakar, sempat terdengar beberapa kali suara ledakan yang tidak terlalu keras, kemudian muncul semburan api. Semburan api yang muncul juga menghabiskan gedung kantor UPTD TPA yang tidak jauh dari TPA. Untunglah tiga unit alat berat berhasil diselamatkan sebelum ikut terbakar habis. Ny. Jaenab (25) ibu dua anak warga Kopiluhur mengungkapkan, dua anaknya yang berusia 6 tahun dan 4 tahun sudah seminggu terakhir terserang batuk dan akhirnya juga pilek. "Jangankan anak-anak, kami yang orang tua saja sudah mulai tidak tahan dan terserang batuk-batuk dan sesak napas," katanya. Hanya ditumpuk Kepala DKP Ir. Eddy Krisnowanto, M.M. yang dikofirmasi menyatakan, pihaknya sudah berupaya memadamkan api agar asap menghilang. Namun rupanya puluhan tanki air yang sudah disiramkan ke gunungan sampah, tidak terlalu berpengaruh. Asap tetap saja membumbung dari gunungan sampah. Penyebab kebakaran, menurut Eddy, diduga bersumber dari titik api permanen yang selalu muncul setiap kali musim kemarau di titik yang sama. "Karena sampah hanya ditumpuk sehingga menimbulkan gas metan yang mudah terbakar," jelasnya. Eddy mengakui, penanganan sampah di lokasi TPA memang tidak dilakukan sebagaimana seharusnya. Menurut dia, kendala dana menjadi faktor utama, karena dengan sistem sanitary landfill membutuhkan dana sampai belasan miliar rupiah. (A-92) Post Date : 06 Oktober 2007 |