Jalan di Tuban Terputus oleh Genangan Air 1 Meter

Sumber:Koran Tempo - 05 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BOJONEGORO - Akses jalan Babat (Lamongan)-Tuban kemarin tertutup terkait dengan jebolnya tanggul aliran Sungai Bengawan Solo di Desa Tegalrejo, Kecamatan Widang, Tuban. Air setinggi 1 meter merendam jalur pantai utara, yang menjadi penghubung kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, itu.

Kepala Kepolisian Resor Tuban Ajun Komisaris Besar Bambang Priyambodo mengatakan petugas terpaksa mengalihkan arus lalu lintas ke jalur Babat-Bojonegoro lewat Kecamatan Soko, Kecamatan Rengel, dan ke Kota Tuban. Selain itu, petugas mengarahkan kendaraan ke jalur alternatif dengan melintasi Babat-Bojonegoro-Cepu-Blora dan ke Rembang. Sedangkan jalur dari Surabaya diarahkan ke Gresik-Lamongan lewat Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, sampai ke Kota Tuban.

Tanggul di Desa Tegalrejo itu jebol kemarin malam. Pemerintah Kabupaten Tuban telah mengirimkan tim bantuan ke Kecamatan Widang. Tim ini tiga hari sebelumnya ditempatkan di Kecamatan Soko yang juga dilanda banjir.

Sementara itu, banjir yang melanda Kota Bojonegoro saat ini sudah semakin susut. Meski demikian, air masih terlihat di beberapa tempat setinggi pinggul orang dewasa. "Kontur tanah di kota ini memang bentuknya seperti mangkuk. Akibatnya, air surut pelan-pelan," kata Tedjo Sukmono, Kepala Subdinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bojonegoro.

Dinas Pertanian Bojonegoro memperkirakan, akibat bencana banjir, petani di tempat itu mengalami kerugian Rp 93 miliar. Ini lantaran sekitar 72 ribu ton padi siap panen ludes. Jumlah kerugian itu termasuk musnahnya tanaman lain yang ada di area 12.262 hektare persawahan dan perkebunan.

Di Ngawi, tak kurang dari 103 gedung sekolah rusak akibat banjir. Kerusakan paling parah terjadi di Kecamatan Geneng dan Kwadungan. "Karena air menenggelamkan gedung sekolah," kata Abdullah Zaini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Ngawi.

Sejumlah warga di Ngawi menyesalkan penanganan bencana yang diterapkan pemerintah setempat. "Tidak ada tenaga bantuan untuk proses evakuasi," kata Anik Eka, warga Desa Dawu, Kecamatan Paron.

Saat banjir datang warga kebingungan dan tak tahu harus mengungsi ke mana. Saat itu tak ada satu pun petugas kepolisian atau pejabat yang membantu proses pengungsian. Begitu juga ketika warga berada di tempat pengungsian. "Tidak ada bantuan sama sekali dari pemerintah. Saya baru mendapat bantuan setelah banjir surut dua hari," katanya.

Di Kudus, PT Djarum Unit Tanjung Karang terpaksa meliburkan 3.000 buruh linting rokok. Kebijakan ini diambil karena air sudah masuk ke lokasi pabrik setinggi setengah meter. "Karena ini force majeure, buruh kami liburkan," kata Manajer Corporete Officier PT Djarum Handojo Setyo.

Menurut Handojo, perusahaan saat ini tengah mendata jumlah buruh yang tempat tinggalnya terendam banjir. "Kami akan memberikan bantuan. Tapi bentuknya apa belum kami putuskan," ujar Handojo. sujatmiko | bandelan | DINI MAWUNTYAS



Post Date : 05 Januari 2008