Jakpus Sediakan MCK Komunal Percontohan

Sumber:Kompas - 17 Juni 2008
Kategori:Sanitasi

jakarta, kompas - Kekurangan air bersih menjadi masalah umum di Jakarta. Di Jakarta Pusat, warga di lima kecamatan dari total delapan kecamatan beberapa tahun terakhir sulit mendapat air bersih.

Data dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta Pusat, intrusi air laut setidaknya telah mencemari air tanah di Kecamatan Kemayoran dan Kecamatan Johar Baru, serta sebagian Kecamatan Gambir, Tanah Abang, dan Cempaka Putih.

”Di wilayah padat penduduk seperti di Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, dan Kemayoran, air tanah juga tercemar karena banyaknya WC yang berjarak kurang dari 10 meter. Semua warga rata-rata juga tidak terlayani oleh perusahaan air bersih,” kata Kepala BPLHD Jakarta Pusat Abdul Malik, Senin (16/6).

BPLHD kini sedang berusaha mengubah pola hidup warga di permukiman padat agar tidak lagi menggunakan kamar mandi dan WC sendiri, tetapi beralih ke fasilitas MCK komunal.

Menurut Abdul Malik, Pemerintah Kota Jakarta Pusat saat ini sudah membuat MCK komunal percontohan di RW 8 Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir. Selama lebih kurang satu tahun terakhir, MCK di RW 8 ini berhasil mengubah pola hidup warga setempat.

Apalagi, MCK ini dilengkapi fasilitas yang mampu mengubah kotoran manusia jadi biogas untuk energi listrik alternatif.

”Model-model seperti ini yang terus didorong agar juga terwujud di kawasan padat penduduk lainnya. Selain itu penambahan ruang terbuka hijau (RTH) dan biopori juga terus dilakukan,” katanya. Abdul Malik.

Untuk mengentaskan Jakarta dari masalah kesulitan air bersih, sedikitnya dibutuhkan 76 juta lubang biopori. Namun, untuk mewujudkan 1 juta lubang saja pada tahun 2008 ini, Kepala BPLHD Jakarta Pusat mengaku kesulitan mengajak warga berpartisipasi. Apalagi, merelakan sebagian tanahnya untuk RTH.

Sutono (43), warga RW 1 Tanah Tinggi, mengatakan, sudah lebih dari 10 tahun ia dan keluarganya tinggal di rumah petak dua tingkat berukuran 3 meter x 5 meter. Sebuah pompa air terlihat berada di dekat kamar mandi dan WC di pojok ruangan lantai satu. Air yang keluar dari pompa itu berwarna keruh, berbau, dan terasa asin.

”Paling hanya bisa untuk mencuci baju dan peralatan rumah tangga saja. Itu pun airnya harus diendapkan dulu semalaman. Air minum terpaksa beli air isi ulang atau beli air dari tukang air keliling. Air PAM tidak bisa diharapkan, kadang dalam sehari penuh setetes pun tidak keluar dari keran,” kata Sutono.

Sutono mengatakan, dalam kawasan rumah padat seperti di tempat tinggalnya nyaris tidak mungkin membuat biopori apalagi RTH. Akan tetapi, Sutono setuju jika disediakan MCK komunal. (NEL)



Post Date : 17 Juni 2008