Jakarta, Kompas - Guna menjamin ketersediaan air tanah dan membendung rembesan air laut, Kota Jakarta Barat memerlukan sekitar 18.000 sumur resapan dan 10.000 lubang resapan biopori. Di wilayah utara Jakarta Barat, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari laut, air sumur warga sudah berasa payau.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup Jakarta Barat Supardiyo, Minggu (22/8), mengatakan, intrusi air laut banyak dipengaruhi oleh adanya pembuatan gedung-gedung tinggi, terutama ketika membangun fondasi.
”Frekuensi pembangunan di Jakarta Barat tidak sebanyak di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Oleh karena itu, menurut perkiraan saya, diperlukan sekitar 18.000 sumur resapan di Jakarta Barat,” kata Supardiyo.
”Di Jakarta Pusat, rasa air sumur yang asin sudah sampai Monas karena banyaknya bangunan di wilayah tersebut,” tutur dia.
Untuk gedung setinggi sembilan lantai, kata Supardiyo, diperlukan fondasi sedalam 20 meter. Akibatnya, air tanah terganggu karena galian fondasi. Ketika air tanah disedot untuk konstruksi dalam jumlah banyak, air laut bisa mengalir ke ruang yang ditinggalkan air tanah.
Hasyim, warga Kampung Belakang, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, menuturkan, air dari sumur tanah di rumahnya rasanya payau sehingga tidak bisa dikonsumsi.
”Air sumur hanya bisa dipakai untuk mandi dan mencuci. Kalau untuk memasak, saya harus beli air. Harganya Rp 2.000 per jeriken besar,” ujar Hasyim.
Dia mengatakan, hampir semua air sumur di sekitar wilayah itu rasanya payau. ”Jarak laut dari sini sekitar 3 kilometer, tetapi airnya sudah asin,” kata Hasyim.
Senada dengan Hasyim, Prianto, warga Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, juga mengatakan, air sumur di rumahnya berasa payau sehingga tidak bisa diminum.
Karena itu, kata Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin, guna mencegah intrusi air laut dan menyediakan air bersih, telah ditargetkan pembuatan satu sumur resapan di setiap kelurahan per minggu.
”Ini bentuknya antisipasi saja. Kontaminasi air laut sudah sampai di Jakarta Barat sehingga sumur resapan diperlukan untuk menyediakan air bersih bagi warga,” ujar Burhanuddin.
Wilayah paling parah yang terkena rembesan air laut di Jakarta Barat, menurut Burhanuddin, berada di wilayah-wilayah sebelah utara Jalan Daan Mogot.
Dalam laman Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta disebutkan, pembuatan sumur resapan dimaksudkan untuk menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah. Sumur resapan juga digunakan untuk mengurangi terbuangnya air hujan ke saluran pembuangan.
Menurut data dalam laman tersebut, jumlah lubang resapan biopori di DKI Jakarta sebanyak 335.590 buah. Padahal, diperlukan setidaknya 76 juta lubang resapan biopori untuk seluruh wilayah DKI Jakarta. (fro)
Post Date : 23 Agustus 2010
|