|
[JAKARTA] Banjir masih melanda beragam daerah di wilayah Jakarta, Kamis (15/1), di berbagai jalan raya ataupun kawasan permukiman padat di sekitar bantaran Kali Ciliwung sehingga masih mengakibatkan warga yang mengungsi terus bertambah. Menurut informasi dari Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya di Jakarta, Kamis (15/1), genangan air yang menghambat arus lalu lintas terjadi di seluruh wilayah kotamadya Jakarta. Seperti dilaporkan Antara, di Jakarta Utara, banjir melanda, antara lain Jalan Kapuk Raya setinggi 40 cm sehingga tidak bisa dilintasi oleh berbagai jenis kendaraan. Selain di Jalan Kapuk Raya, genangan di Jakarta Utara juga terjadi depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) Plumpang setinggi 25 cm, Jalan Teluk Gong (20 cm), Jalan Muara Baru Ujung (20 cm), dan depan Hotel Alexis di Jalan RE Martadinata (20 cm). Sementara jalan raya lainnya yang tergenang antara lain Jalan Letjen Suprapto (50 cm) di Jakarta Pusat, Jalan Perintis Kemerdekaan (40 cm) di Jakarta Timur, Jalan Daan Mogot (30 cm) di Jakarta Barat, dan Jalan Pangeran Jayakarta (30 cm) di Jakarta Pusat. Di kawasan Jakarta Selatan, wilayah yang dilanda banjir terletak di kawasan Bukit Duri (100 cm), Pejaten Timur (100 cm), Petogogan (50 cm), Pengadegan (40 cm), dan Tanjung Barat (40 cm). Namun, kawasan permukiman yang terparah dilanda banjir terletak di bantaran Kali Ciliwung di Jakarta Timur, antara lain di daerah Kampung Pulo, Bidaracina, dan Cawang. Ketinggian air di daerah tersebut berkisar 50 cm hingga 200 cm sehingga ratusan warga mengungsi ke berbagai tempat. Drainase Diperbaiki Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyatakan sistem saluran air Ibukota harus diperbaiki secara terintegrasi untuk mencegah timbulnya genangan air yang kemudian berubah menjadi banjir. Hal itu disampaikan Fauzi Bowo saat memaparkan persiapan Pemprov DKI Jakarta menghadapi ancaman banjir di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengunjungi posko penanganan banjir di Kantor Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Jatibaru Jakarta Pusat, Rabu (14/1). "Secara terintegrasi, saluran ini belum pernah digali bersama-sama selama 35 tahun, karena itu perlu kerja sama untuk melakukannya," kata Fauzi Bowo. Sebelumnya, gubernur telah mengemukakan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengerukan seluruh saluran di Ibukota adalah Rp 1,2 triliun, yang tidak mungkin bisa dilakukan bila hanya mengandalkan APBD DKI. Pemprov DKI juga pernah melakukan pengerukan di sejumlah titik dengan menggunakan dana APBD 2007 yang menghabiskan dana sekitar Rp240 miliar. Selain perlunya dilakukan perbaikan secara terintegrasi seluruh drainase di Ibukota, dalam paparannya selama 30 menit itu, Fauzi Bowo mengatakan dari 13 sungai yang melintas di Jakarta, masih ada beberapa sungai yang belum memiliki titik pengamat sehingga menyulitkan pelaksanaan peringatan dini. "Dari 13 sungai yang mengalir, kita memiliki beberapa titik pengamat seperti di Ciledug, Sawangan, Ciganjur, Katulampa, Depok, dan Pondok Ranggon, namun untuk yang di arah selatan seperti kali Pesanggrahan kita belum memilikinya," ujarnya. Menurut gubernur, hal itu menyebabkan peringatan dini untuk Kali Pesanggrahan kepada warga bisa dilakukan kurang dari 2,5 jam sebelum genangan terjadi, padahal untuk sungai yang sudah ada titik pengamatan peringatan dini bisa dilakukan antara tiga jam dan empat jam sebelumnya. Dengan ancaman banjir dari 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta dan terdapat 186 titik rawan banjir, antisipasi banjir harus dilaksanakan oleh semua pihak. [YRS/ RBW/U-5] Post Date : 15 Januari 2009 |