Jakarta Krisis Air

Sumber:Kompas - 17 Januari 2007
Kategori:Air Minum
Jakarta, Kompas - Menurunnya tinggi muka air di Waduk Jatiluhur dari 105 meter menjadi 83,99 meter menyebabkan pasokan air ke Jakarta turun 54 persen. Akibatnya, dalam 10 hari ini sebanyak 192.500 pelanggan PAM Jaya di seluruh Jakarta tidak kebagian air.

Direktur Utama Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya) Haryadi Priyohutomo, Selasa (16/1), mengatakan, penurunan pasokan ke Jakarta terjadi karena sedikitnya curah hujan selama Januari ini. Air dari Waduk Jatiluhur juga mengalir ke Kali Bekasi yang saat ini kering.

Berdasarkan data dari PAM Jaya, pasokan air baku ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Pejompongan I dan Pejompongan II, Jakarta Pusat, pada 16 Januari mencapai 3.932 liter per detik. Padahal, pasokan dalam kondisi normal 6.200 liter per detik.

Penurunan pasokan air baku juga terjadi di IPAL Pulo Gadung, Jakarta Timur, dari 4.400 liter per detik menjadi 2.948 liter per detik, serta IPAL Buaran I dan Buaran II dari 5.500 liter per detik jadi 3.827 liter per detik.

Menurut Haryadi, penurunan pasokan itu menyebabkan 19 kecamatan tidak mendapat pelayanan air bersih. Sebanyak delapan kecamatan dengan 100.000 pelanggan yang tidak terlayani terdapat di wilayah PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Adapun sebelas kecamatan dengan 92.500 pelanggan berada di wilayah Thames PAM Jaya (TPJ).

Kecamatan-kecamatan itu yaitu Semanggi, Tomang, Thamrin, Casablanca, Harmoni, Latumenten, Sawah Besar, dan Muara Karang. Adapun 11 kecamatan lainnya adalah Ujung Menteng, Senen, Johar Baru, Kemayoran, Cempaka Putih, Kelapa Gading, Cilincing, Tanjung Priok, Pademangan, Ciracas, dan Pasar Rebo.

Haryadi menuturkan, krisis air baku itu akan terus terjadi sampai beberapa hari ke depan, terutama jika tidak turun hujan. Para petani di sepanjang jalur saluran Tarum Barat saat ini juga mengalami kekeringan sehingga air dari Waduk Jatiluhur akan dibagi lagi bagi kawasan pertanian.

Suyanti, warga Senen, mengatakan, air di rumahnya sudah mati selama enam hari ini. Akibatnya, dia terpaksa membeli air dari pedagang keliling.

Keluhan yang sama juga diungkapkan Inggar, warga Kemayoran. Air di rumahnya sudah mati sejak sembilan hari lalu.

Kebocoran

Penyediaan air bersih di Jakarta saat ini juga terganggu kebocoran, baik fisik maupun komersial. TPJ selaku operator suplai air bersih di wilayah timur Jakarta mendeteksi tingkat kebocoran yang dialami 51 persen pada Desember 2006.

Menurut Direktur Hubungan Eksternal dan Komunikasi TPJ Rhamses Simanjuntak, TPJ telah melakukan upaya untuk mengurangi kebocoran, tetapi belum berhasil.

Kebocoran fisik yang mencapai 26 persen dari total air bersih yang dialirkan disebabkan adanya sambungan-sambungan ilegal yang dilakukan warga pada pipa distribusi. TPJ telah mencabut beberapa sambungan ilegal, tetapi seminggu kemudian warga menyambung lagi. Selain itu, ada pelanggan resmi yang melakukan penyambungan ilegal kepada warga bukan pelanggan.

Sementara itu, kebocoran komersial sebesar 23 persen disebabkan pembacaan meter air yang tidak akurat, konsumsi ilegal, atau meter air yang rusak.

"Kebocoran fisik terutama terjadi di wilayah utara Jakarta," kata Rhamses. (eca/arn)



Post Date : 17 Januari 2007