KEBON SIRIH — Jakarta diprediksi kurang air minum. “Kita betul-betul kekurangan air untuk minum,” kata Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya, Mauritz Napitupulu, di Jakarta, Selasa (29/3).
Menurut dia, kualitas air sungai di Jakarta berdasarkan standar Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) dan Kementerian Lingkungan tidak layak untuk air minum. Jika warga Jakarta memproses air tersebut secara konvensional, biaya yang dikeluarkan cukup tinggi.
Rencana menyuplai air bersih dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, kata dia, juga belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. Itu karena rencana pipanisasi baru dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) pada 2013 di Waduk Jatiluhur. Saat ini, Kemen PU masih mengkaji, termasuk untuk pembiayaannya.
Ia mengatakan, sambil menunggu proses tersebut, PDAM Jaya mencari teknologi ultrafiltrasi sebagai alternatif untuk penanganan krisis air minum. Sistem ultrafiltrasi dapat diartikan sebagai penyaringan air kotor melalui membran semipermeabel dengan tekanan hidrostatik. Dengan sistem ini, kotoran padat dan larutan yang molekulernya tinggi bisa tersaring.
Sistem ultrafiltrasi, menurut Mauritz, harus mulai dilakukan di Pejompongan, Jakarta Pusat. Selain itu, ultrafiltrasi ini juga bisa dilakukan di Kanal Banjir Barat (KBB), Cengkareng Drain, Kali Krukut, dan Kali Pesanggrahan. “Teknologi ini katanya bisa memproduksi air kurang lebih 4.500 liter per detik,” ujarnya.
PDAM Jaya, kata dia, hanya di haruskan untuk membeli airnya. Untuk investasi tidak membutuhkan biaya hingga triliunan rupiah. “Ini investasi dari pihak ketiga, jadi operator yang beli airnya dan kita bisa meletakkan di titik tertentu,” katanya.
Diperkirakan, pada Juli-Agustus mendatang proses lelang untuk sistem ini bisa dilakukan. Diharapkan tahun ini pelaksanaannya bisa dimulai sehingga dapat menambah kapasitas air baku. Sedangkan dari PDAM dan operator bisa mulai menambah jaringan pipa air baku. Dampak jauhnya, ketahanan air di Jakarta bisa diwujudkan.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan masih menyiapkan beberapa pilihan untuk pasokan air yang cukup di Jakarta. Ia mengatakan, purifikasi atau pemurniaan air di Waduk Jatiluhur tetap dilakukan. “Filtrasi yang disarankan PDAM mengenai ultrafiltrasi yang katanya bisa lebih cepat mengolah air kotor menjadi bersih pun sudah saya beri lampu hijau,” katanya.
Saat ini, lanjut gubernur, PDAM masih mengkaji dan membuat rincian mengenai sistem tersebut. “Ultrafiltrasi ini akan meng hasilkan air siap pakai dan bersih,” katanya.
Menurut gubernur, langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi penurunan tanah di Jakarta yang diprediksi mencapai lima meter pada 2050. Fauzi menambahkan, sistem ini bisa diselesaikan pada tahun ini atau awal tahun depan.
Ia memberi catatan, langkah awalnya sudah dila kukan sejak saat ini. Dua operator air di Jakarta, Aetra dan Palyja, pun menyetujui hal tersebut. Sistem ini nantinya akan terintegrasi dengan sistem distribusi air para operator tersebut. burhanuddin bella
Post Date : 30 Maret 2011
|